Tadi pagi ibu memanggilku dan menunjukkan selimut bayi bertopi dan bermotif kartun lucu padaku.
Aku.. Sangat sangat mengenal selimut itu. Bahannya masih bagus, licin. Warnanya juga masih terlihat cerah. Masih seperti baru.
"ini selimut bayimu dulu, mi" kata ibu, tertawa haru. "masih bisa dipakai untuk anakmu nanti.." lanjut ibu.
Oh...
Rasanya baru kemarin. Di usia 5 tahun bergulingan diatas selimut itu. Membantu ibu melipat, dan meletakkan dua biji kapur barus putih diatasnya.
20 tahun lebih sudah masa-masa itu terlewat. Kini, aku yang berdiri di hadapan ibu ini, termangu sembari mengingat sudah jadi apa aku sekarang. Anak perempuan dari ibu, yang kini sudah menjadi tanggungan suami. Anak perempuan nya yang dulu cengeng, kurus, dan susah makan. Yang belum banyak meluluskan harapannya. Yang masih sering menjadi kekhawatiran bagi dirinya.
Aku sangat sadar. Seorang ibu tentu akan tergores hatinya. Saat anak wanita terkasihnya telah dimiliki suami-suaminya. Anak yang ia jaga dengan peluh,darah dan air mata sejak menjadi benih. Yang ia biayai ratusan juta. Untuk kemudian di bawa oleh lelaki asing yang belum benar-benar dikenalnya.
Tapi aku juga sangat sadar. Betapa seorang ibu pun akan berdiam bahagia. Melihat anak wanitanya tertawa dan gembira dgn suami mereka.. Kendati dia sendiri masih sangat-sangat ingin. Memanjakan putri-putrinya sebagaimana dulu mereka.
Selimut bayi itu. Menyadarkanku akan 1 hal ; ibu begitu menjaga dengan baik kenangan-kenangannya bersamaku. Jadi, untuk sebuah benda kesayanganku saja ia begitu menjaga? Apatah lagi padaku?
....Hanya saja, kita terkadang seringkali salah menafsirkan bentuk penjagaan mereka pada kita.
Maafkan kami, bu. Dan Terima kasih untukmu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar