Selasa, 22 April 2008

Mihrab malam



Wahai penghuni langit yang jauh............
Tolong sibakkan tabir putih ini
Ada sapaan lembut yang harus ku rengkuh
Sebagai penepatan ikrar abadi

Manusia malam
Ada yang tak akan pernah mengingkari sumpahnya
Sebagai jawaban tergoresnya takdir
Yang masih aku masuki lorong gelapnya
Hingga terang di balik sayapnya

Berlutut dan sujud
Mengunjungi mihrab malam..................


April 2008

Kamis, 17 April 2008

Dunia Krisis Pangan = Perang


Setidaknya itulah yang dikatakan Mas Iwan di program pagi yang ia bawakan setiap pagi, di Apa Kabar Indonesia TV One (Aih...dua kali nih aku nge-promosiinnya..)

Sebenernya dia sendiri mengutip apa yang dilansir oleh FAO ; Jika masalah Krisis Pangan Dunia ini tidak tertangani, bisa jadi akan memunculkan peperangan.

Nah, hadir di acara ini Ketua Badan ketahanan Pangan, Bapak Kaman Nainggolan dan Anggota Dewan Bapak Yudi Christnandy.

Menurut Bapak Kaman, untuk Indonesia sendiri tidak perlu dikhawatirkan masalah pangan. Karena menurutnya, stok pangan kita mencukupi. Bahkan kita akan meng-ekspor! *haih...*
Suplai cukup, bahkan secara statistik juga aman!, ungkap beliau dengan penuh keyakinan.

Lantas, Pak Yudipun menegaskan kepada beliau, bahwasanya masalahnya bukanlah pada stok dan data statistik yang "aman-aman saja" itu. Tapi permasalahannya disini ada di pendapatan rakyat Indonesia yang tidak berubah! Sementara harga-harga melambung tinggi.... Bahkan tak heran jika media-media juga setiap harinya mengekspos banyaknya rakyat yang frustasi bahkan "meninggal secara massal" dengan cara ada diantara mereka bunuh diri bersama anak-anaknya.

"Pemerintah bisa saja surplus, tapi rakyat sulit sekali memperoleh bahan pangan karena mereka tidak mampu membeli!" Tandasnya lagi.

Bayangkan saja, di Indonesia sendiri ada sekitar 37 rakyat miskin. Kalau tidak juga mendapat bantuan dari pemerintah, jumlah ini bisa meningkat menjadi 50,8 Juta (22% dari penduduk INA).

Jadi jika tidak di handle dengan tepat, krisis ini akan menimbulkan gabungan antara krisis politik dan krisis ekonomi. Sehingga menghasilkan ; anarkisme.

Baiklah teman-teman, kita lihat saja, jika memang tidak ada segelintir dari kita yang mau 'bergerak menjadi solusi'...bisa jadi apa yang diramalkan FAO akan benar adanya.

Akan ada perang, karena persoalan pangan....Wallahu'alam...........

The Sick Rose


O, Rose, thou are sick!
The invisible worm
That flies in the night,
In howling storm


Has found out thy bed
Of crimson joy
And his dark secret love
Does thy life destroy


(William Blake, 1757-1827)

Selasa, 15 April 2008

Harga kertas Naik!


Pagi tadi, mulai pukul 7 pagi aku memulai hobi baruku untuk menongkrongi TV one, tepatnya lagi di program acara Apa Kabar Indonesia? Disana hadir seorang narasumber yang aku ngga terlalu menyimak siapa namanya. Ternyata tema yang diangkat adalah mengenai naiknya harga kertas sekitar 15%-20%! Wah, ini persentase yang cukup besar! Tak pelak lagi, digaris bawahi disini bahwa para penerbit sedang berada dalam masalah besar. Bahkan bisa jadi, diramalkan para perusahaan koran bisa sampai menutup usahanya.

Wah, masa’ seh??

Ternyata, dari perbincangan hangat tersebut, problema ini terjadi bukanlah dikarenakan stok kertas yang tidak memadai. Justru stok sangat banyak (bahkan sampai dieskpor). Namun yang menjadi masalah adalah, harganya melangit!

Pengaruhnya tidak hanya untuk eksistensi para perusahaan Koran atau penerbit. Tentunya pengaruh naiknya harga kertas ini akan menghantam para konsumen, yang setiap hari membutuhkan Koran untuk menilik berita-berita teraktual dan untuk memperkaya wawasan dan kejiwaan.

Lebih jauh lagi, bagaimana nasib anak-anak didik yang sebentar lagi akan memasuki tahun ajaran baru?

Kalau kita membandingkan dengan beberapa Negara, ternyata jika dibandingkan, betapa masih “lux”-nya harga koran versi Indonesia. Bayangkan saja, di Inggris, untuk Koran yang seharga dengan harga di Indonesia, jumlahnya lebih tebal dibandingkan Koran Indonesia yang tipis. Bahkan, di Amerika Serikat, seorang buruh yang bekerja selama 2,5 jam saja, gajinya itu sudah cukup untuk berlangganan Koran! Bandingkan dengan Indonesia. Apakah buruh kita yang bekerja selama 2,5 jam sanggup untuk berlangganan Koran? Boro-boro….beli nasi aja susah.

Ini berarti Koran di Indonesia memang masih tergolong barang mewah!

Kalau sudah begini, rugilah sebuah bangsa yang tidak bisa mendulang ilmu dan membuana cakrawala, jika untuk membaca saja mahal harganya!

So, tuk pemerintah, saya setuju dengan yang diungkapkan oleh salah seorang presenter Apa kabar Indonesia ; semoga PPn-nya bisa dihapuskan……

Ku hanya bisa mengaminkan dari sudut-sudut ruangan televisiku.............

Minggu, 13 April 2008

AS YOU LIKE IT


Blow, blow, thou winter wind

Thou art not so unkind

As man’s ingratitude

Thy tooth art not so keen,

Because thou art not seen,

Although thy breath be rude

Heigh-ho! Sing heigh ho! Unto the green holly :

Most friendship is feigning, most loving mere folly

Then heigh-ho, the holly!

This life is most jolly!

Freeze, freeze, thou bitter sky,

That dost not bite so nigh

As benefits forgot:

Though thou the waters wrap,

Thy sting is not sharp

As friend remember not

Heigh-ho! Sing heigh-ho! Unto the green holly :

Most friendship is feigning, most loving mere folly

Then heigh-ho, the holly!

This life is most jolly!



Poet: William Shakespeare

Jumat, 11 April 2008

Bahagia....


Wah, kiki (Blackie, kucing hitam yang numpang melahirkan di rumahku sebanyak 3 generasi) ini kembali menghebohkan seisi rumah dengan kembali membuat gebrakan baru ; melahirkan di gudang lantai 2, dengan sudut ruangan yang paling susah dijangkau, super gelap, dan dipenuhi dengan aliran listrik….Walhasil keberadaan 3 ekor anak kucing yang masih imut-imut itu susah untuk diidentifikasi apakah ia laki-laki, perempuan, corak warnaya apa, hobinya apa, seneng makan apa, dll dsb…belum lagi suara pekikan mereka yang terkadang mengganggu aktivitas keluarga kami yang bernaung di lantai 1. Cukup mengganggu…..

Tapi jumat pagi kemarin, dengan bermodalkan kesabaran dan kemarahan pada Kiki (karena tega-teganya menyembunyikan anak-anaknya di tempat yang tidak layak!), akhirnya Abangku berinisiatif melaksanakan aksi penyelamatan. Secara, salah satu dari anak kucingku itu ada yang terjatuh dan terjepit di dinding. Kalo mati kan bahaya..!

Akhirnya dengan perjuangan yang panjang dan pelik (males mo nulisinnya..pokoknya pelik dah…ampe-ampe harus ada bagian dinding yang dijebol..). Akhirnya 3 ekor kucing itu terselamatkan. Suara mereka ; nyaring banget..persis suara tuannya…hehehehe

Pokoknya sekarang semenjak kehadiran 3 ekor kucing baru tersebut, suasana hatiku berubah bahagia..lumayan, buat ngilangin stress….Bahkan tadi malem sempet males kuliah secara hujan lebat di tambah petir yang menggelegar (padahal matkul favoritku, Literary Appreciation…)…Akhirnya kuputuskan untuk bermain dengan 3 jagoan baruku…(Lum ada namanya. Hanya saja yang suaranya paling nyaring kunamai : Fizi)….

Biarin deh…yang penting bahagia… :p

“Raih kemenangan dengan 2 kunci ganda : Ikhlas dan Survive”

Energik, cerdas dan low profile. Kesan inilah yang muncul begitu menyapa Ibu muda yang satu ini. H.Heni Zulfadhli M.pd. Namanya tidaklah asing bagi dunia pendidikan Kalimantan Barat. Selain berkecimpung langsung di dunia kependidikan, beliau aktif di berbagai bidang sosial yang sudah digelutinya sejak muda. Bunda Heni, begitulah biasa ia disapa. Dengan penuh keyakinan beliau menegaskan bahwa Wanita Indonesia bisa survive dalam menghadapi tantangan era globalisasi yang semakin rumit dan keras. Inilah bincang-bincang hangatku bersama beliau di ruang kerja gedung Zamrud Khatulistiwa, Ahad, 23 Maret 2008 yang lalu. Bertepatan dengan ESQ peduli pendidikan angkatan 07.

Keluarga adalah potret keberhasilan

Bagi bunda Heni, wanita saat ini mendapatkan porsi yang hampir sama dengan kaum prianya. Ini menunjukkan bahwa wanita Indonesia sudah cukup berkualitas dan mampu membuktikan aktualisasi dirinya dalam berperan serta di masyarakat. Menurutnya, ini akan tampak berbeda dengan potret wanita di era beberapa dekade yang lalu. Mulai dari tingkat pendidikannya, sosialisasi dengan masyarakat.

”Peran dan kiprah kaum wanita untuk memajukan keluarga dan lingkungan berbeda dengan zaman dulu” ungkapnya sambil tersenyum ramah.

Bunda Heni, yang juga adalah seorang Istri dari ketua DPRD Provinsi kalbar Zulfadhli ini, menyatakan pendapatnya bahwa sosok wanita yang ideal itu adalah yang tak hanya membangun kemaslahatan bagi dirinya sendiri. Tapi ia juga mampu me-manage keluarga. Inilah potret suksesnya seorang wanita.

”Saya selalu melihat dari sisi tersebut. Dan saya yakin dengan kiprah di luarnya ia juga bisa sukses setelah berhasil memanajemen keluarga. Jadi basic disini adalah keluraga sebagai basis awalnya membangun peradaban dan karirnya...” ungkapnya.

Bunda Heni sendiri memiliki 2 orang puteri yang sudah duduk di kelas 3 SMP (SMP 3 Pontianak) dan yang bungsu di kelas 6 SD Al-azhar Pontianak. Ia menuturkan, 2 puterinya sangat mengerti dengan kesibukan Ayah-bundanya walaupun sering meninggalkan mereka. Puteri tertua juga sudah aktif berorganisasi dimana ia dipercaya mengemban amanah menjadi Ketua OSIS SMP 3 Pontianak. Mereka juga aktif mengikuti perlombaan-perlombaan.

”Anak-anak juga memberikan imbalan pada kami orang tuanya, berupa imbal balik yang besar dengan menghadiahkan kami prestasi-prestasi yang membanggakan...”

Jadi, kendatipun memiliki kepadatan aktivitas, bunda Heni selalu bersemangat untuk menyempatkan diri hadir untuk anak-anaknya. Menemani anak-anak jalan-jalan, belajar dan juga setia menemani mereka dalam mengikuti lomba-lomba. Sungguh menyenangkan.

Ternyata ”minat” berorganisasi ini memang sengaja ditanamkan oleh bunda Heni karena beliau juga di masa muda mengisi hari-harinya dengan berbagai kegiatan positif.

Sejak SMP sudah aktif dan cinta berorganisasi. SMP dan SMA Bunda Heni dipercaya menjadi Ketua OSIS. Aktif di MENWA (Resimen Mahasiswa) ketika mahasiswa. Paling lama aktif di FKPPI (Forum Komunikasi Putera-Puteri Purnawirawan dan Putera-Puteri ABRI) dari tahun 1986-sekarang.

Bunda Heni mengakui, ia sangat bangga menjadi anak tentara dimana keluarga mengajarkan padanya arti disiplin dan tanggung jawab.

Ternyata masih seabrek aktivitas beliau. Yang lainnya adalah sempat aktif di KNPI. Dan juga di PGRI dimana beliau dipercaya pula menjadi Sekretaris PGRI Kecamatan Pontianak Selatan. ”Saat ini sudah mau Konpercab, sudah akan menyerahkan amanah..” tambahnya sambil tersenyum.

Organisasi sosial yang beliau geluti adalah sebagai Kepala pengurus SO-ina, sebuah organisasi sosial nirlaba yang membantu anak-anak tuna grahita (keterbelakangan mental). Tujuan organisasi ini adalah untuk membangkitkan kepercayaan diri anak-anak tuna grahita melalui olahraga.

”Bahkan mereka juga berhasil meraih prestasi hingga di Brunei Darussalam...” kata Bunda Heni dengan mata berbinar-binar.

Saat ini Bunda Heni juga memegang amanah sebagai Ketua Yayasan bangkit Indonesia Emas yang di pimpin oleh pusatnya di Jakarta, langsung oleh Bapak Ari Ginanjar Agustian.

Ikhlas, dan tingkatkan semangat juang!

Saat bercerita tentang keluarga, khususnya anak-anak, bunda Heni tampak menitikkan air mata sebagai rasa sayang dan haru atas karunia yang Allah berikan kepadanya.

Ia berpesan, ”kerjakan segalanya dengan ikhlas! Belajar, bekerja, semuanya. Seluruh aktivitas, ”Lillahi ta’ala”. Itulah kunci saya, ujarnya optimis. Memang terkesan simple. Tapi keikhlasan adalah sebuah energi yang sesungguhnya mampu menggelorakan semangat juang, dan menfilter rasa lelah dalam mengahadapi aktivitas.

Selain itu, bunda Heni juga berharap tiap wanita mampu memperkaya dirinya. Selalu memotivasi sekitar! Beliau bertutur,

”Saya sering melihat anak-anak didik saya di waktu pagi hari sudah tampak loyo, lemes-lemes. Akhirnya saya ajak saja mereka sebelum memulai aktivitas belajar untuk lari-lari turun naik tangga di 3 lantai sebanyak 3 kali” ujarnya dengan penuh tawa. ”Sebagai latihan fisik, agar mereka jadi semangat! Dan tentunya saya juga turut ikut turun-naik tangga bareng-bareng mereka...” lanjutnya gembira.

Pandangan bunda Heni, anak-anak sekarang karena segalanya serba instant terkesan kurang ”fight” dalam menjalani hidup. ”Saya prihatin juga melihat fenomena ini” ujarnya. Ia mulai bercerita lagi,

”Pernah suatu waktu saya menghubungi anak bungsu saya karena pensilnya ketinggalan. Waktu saya tanya..’Dek.....ketinggalan pensil nih..’ eh si Adek malah jawab ’Kan udah ada di koperasi..” tuturnya, tampak gemas dengan gaya anak bungsunya yang juga terkena imbas dari dunia sekarang yang serba instant.

Jadi, peran wanita kedepannya dalam menjadi ibu rumah tangga tentunya harus memiliki daya tahan dan daya juang yang lebih ekstra! Harus lebih fight! Karena dipastikan kedepannya, kehidupan kaum wanita akan jauh lebih berat dari pada saat ini.

Kerja keras di masa muda, bersakit-sakit dahulu inilah yang Insya Allah akan menjamin hasil kesuksesan di masa depan.

”Karena saya dan Bapak (Zulfadhli-red) juga memulai semua ini dari bawah. Tapi kami terus survive, hanya mengharapkan imbalan dari Allah SWT, ikhlas menjalaninya. Akhirnya orang-orang sekelilinglah yang menilai dan menaruh kepercayaan atas ikhtiar-ikhtiar yang kami lakukan.”

Ia bangga dengan generasi muda yang aktivis (aktif). Beda antara yang hanya sekedar belajar secara akademis, dengan mereka-mereka yang menyeimbangakan akademik dengan organisasi.

”Jadi pintar, juga harus dibarengi dengan kepribadian” ujarnya ramah.

Sabtu, 05 April 2008

"RIMBA TEMPAT AKU BERNAFAS"


Aku tergeletak kaku diantara akar-akar pohon tajam
Meronta-ronta mengharap belas kasihan pertolongan sang kehidupan
Kenapa tak ada yang balas teriak?

Kenapa tak ada yang lepaskan kesakitan?

Inilah rimba tempat aku bernafas….

Saat halilintar menyambar pohon pinus yang kini kering kerontang kehitaman
Aku tertawa tuk kemudian menjerit ketakutan
Inilah episode baru saat aku yakin nyatanya sebuah kematian
Yakin akan nyatanya sebuah keabadian


Ku masih disini
Rimba tempat aku bernafas

Saat hujan menderas dan memekik seantero hutan

Bunga-bunga yang kemarin indah kini mematung dan mati
Kehidupan tinggallah maya
Dan bayangan gelap kan menggantikannya

Ternyata kumasih disini


Rimba tempat aku bernafas



“Sebuah sajak goresan hati, tuk semakin memaknai indahnya arti sebuah kehidupan…..”