Sabtu, 10 Desember 2011

Cantik

"Aku ingin menjadi yang tercantik dimatamu. Kemarin, kini, atau nanti. Hingga tak perlu ada yang cemburu.." (Asma Nadia)

♥ ♥ ♥♥ ♥ ♥

Pagi tadi. Saat berada di kelas. Sebuah sms masuk ke inbox hp. Dari suami saya.

"Suka liat penampilan Omi hari ini. Kayak gini terus ya..Love it! :-* "

Ternyata dia menyukai penampilan saya hari ini. (Btw, Maaf foto yang saya pake foto mbak Oki...Bukan pic saya ya...heheh...gubraks).

Tentu saja saya senang sekali mendapat apresiasi dari orang yang paling disayang dan dikangenin tiap hari ini. Suami saya jarang-jarang meng-apresiasi. Kalopun pernah secara langsung, dia pasti jadi sebel karena reaksi saya selalu "masa' sih??", seolah saya tidak mempercayai yang dia katakan...(kan dalam ISlam diperbolehkan 'berbohong' untuk memuji penampilan pasangan..hehe)

Cantik..kamu paling cantik....ah..kaum hawa pasti sangat senang jika para suami mereka memuji mereka seperti ini. Walau yaahh..jujur aja sebenernya diluar sana banyak yang mungkin jauh lebih cantik ragawi dan akhlaq-nya dibanding kita. Tapi tetap saja, saat suami mengucapkan kata-kata magic tersebut, kita sebagai permaisuri hatinya, tentu merasa dihargai, diperhatikan, dan dicintai :).

Sebenernya kalo dipikir-pikir. Kasihan juga para Suami. Di era ini, cobaan kaum Adam sangat berat dalam menjaga pandangannya. Kecuali bagi mereka yang masa Bodo (atau tepatnya emang bodoh beneran sebetulnya hehe) dengan hal ini.

Bagaimana tidak, sejauh mereka melangkahkan kaki, pemandangan indah dimana-mana. Si Tank-top warna-warni, Hot-pants aneka ukuran, rambut-rambut indah terurai, bibir-bibir merah nan aduhai...Body-body bohay yang menggiurkan....Semua terpampang jelas dan mudah di sekeliling mereka.

Jadi maraklah beragam kasus yang 'dulunya' aneh..sekarang muncul jadi aneh namun ngga aneh lagi. Anak kecil, ABG pacaran. Om-om selingkuh ma ABG muda dll. Lha kok jadi kesini ya tulisan ini..

Balik lagi deh ke awal. Para suami, yang meneguhkan Istrinya adalah yang tercantik. Tentu menjadikan yang lain tak penting lagi baginya. Walau ada yang lebih cantik, lebih seksi, lebih keren, lebih imut.

Saya pernah membuat tulisan, akan keheranan saya. Saat di jalan, betapa banyak para lelaki yang berboncengan dengan entah pacar atau siapanya, mesra berpelukan di pinggang si lelaki. Tapi begitu ada yang bening lain lewat, mata si lelaki masih saja berseliweran ke sana. Oh hey...jadi yang di belakangmu itu apa? Kurang mesra ya?

Dan macam-macam kasus lainnya.

Kita para istri tentu ingin, pesona kita adalah yang terbaik di mata suami. Pesona akhlaq yang baik, dan penampilan yang istimewa untuknya. Dan tentu terkadang terbersit kekhawatiran..jikalau-jikalau pesona lain bisa merebut perhatian suami. Semoga tidak.

Untuk my Honey, terima kasih apresiasinya. Bimbing terus istrimu ini agar selalu bisa jadi yang terbaik dalam mendampingimu. Tegur kala salah, perbaiki kala lupa. Dan apresiasi jika memang pantas.

Semoga hati kita teguh untuk menjaga Amanah-Nya, dalam perjanjian yang maha berat ini..Mitsaqan Ghaliza...
Hingga kita bertemu di Syurga-Nya....

Amin..

#Pontianak, 06 Desember 2011

(Saat kangen padamu seperti permen lolipop)

Izinkan....


Siang menjelang sore. Anak-anak menunggu setelah pergantian jam. Oh..mereka bersemangat sekali memberitahu...

"Homework ma'am....Homework!".

OIC....

Sebelum "merayakan" kebahagiaan anak-anak ini untuk memeriksa PR kebanggaannya, saya menoleh sedikit ke arah pukul 2.

Oh malang, salah seorang murid tertinggal PR-nya. Dia melapor, pelan dan sedikit ragu. Namanya Gumara. Salah satu murid dengan peringkat yang baik.

"Izinkan dia pulang ma'am...Rumahnya di dekat sini" sahut temannya. Yang lain mengekor dan bersahut lagi.

Saya izinkan dia pulang. Dia seperti sedang berlomba tujuh belas Agustusan saja. Hendak melompat dari bangku dan berlari lepas, dengan ayunan kaki yang lebar-lebar. Wuzz....


"Jalan santai saja....tidak perlu lari-lari.." suaraku mengekori badan mungilnya yang nyaris melesat keluar kelas. Kupikir ia akan pulang dengan berjalan kaki, jadi khawatir ia terjatuh jika lari-lari di halaman sekolah.

Tak kusangka ia masih bisa mendengar. Ia mengerem kan kakinya sedikit, untuk kemudian berjalan pelan-pelan menghilang dari pintu kelas

30 detik kemudian...

wuzz...

Apa itu? Sesosok anak didik ku tadi (gumara) naik turun mengayuh sepedanya dari arah parkiran menuju gerbang pagar sekolah.

Wuzz wuzz... melesat dengan kecepatan cukup tinggi dan ia pun hilang dari balik pagar. Bagai tersentuh blitz... aku terdiam sesaat.

-----------------------------------------------------------------------

Aku tak tau apa tepatnya yang membuatku begitu terkesan dengan peristiwa sederhana ini. Tapi yang pasti, sebuah kepolosan dan keluguan mereka memberikan arti membekas disini; di memori terbatasku sebagai guru mereka.

Suatu saat, aku akan sangat merindukan masa-masa ini. Masa dimana aku menyaksikan perkembangan mereka selama 6 tahun mereka tumbuh dan bersekolah di bangunan tua ini.

Akan hadir masanya aku menyaksikan mereka kelak sudah tak semungil ini lagi. Tidak lagi bersepatu belepotan rumput karna bermain bola, dengan kaos olahraga basah berhamburan bau keringat. Kelakakan hadir masanya dimana mereka telah berubah dengan sosok-sosok yang entahlah akupun tak bisa menebak akan jadi apa mereka nanti.

Kelak aku akan merindukan "rajukan"ku pada mereka, agar tidak ribut di kelas dulu sebelum selesai apa yang hendak kusampaikan.

Kelak aku akan merindukan "aduan" mereka saat mistar besi dilempar salah seorang temannya dan mengenai pelipis mereka.

Kelak aku akan merindukan mereka, yang berseliweran jajan di halaman sekolah sambil kucereweti.."jangan makan sambil berdiri dong....buang sampah di tempatnya dong.."

Kelak aku akan merindukan sepeda-sepeda mereka, buku-buku mereka yang berserakan,seragam merah putih mereka, dan tentu saja wajah-wajah mereka...

Mungkin masa mengabdiku di bangunan tua ini belumlah seberapa panjang usianya. 6 tahun disini dengan mereka yang satu persatu datang dan satu persatu pergi. Tapi setiap jengkal dari memori akan kebersamaan dengan anak-anak ini, terukur dengan doa dan harapan. Agar kelak pengabdian lain bisa mereka lanjutkan. Sebagai apapun mereka...Menjadi apapun mereka.....Aku ingin menyaksikan..


Rabbi...beri hamba kesempatan itu.....


#Pontianak 5 Desember 2011

(Saat pena tak lagi gagap dan malu)