Jumat, 20 Maret 2009

CINTA SEJATI ITU, ANAKKU

(Sumber : Buku Catatan pernikahan Helvy Tiana Rossa, sebuah percakapan helvy dan Faiz)

Suatu hari, Anakku, kau bertanya, Bunda, mengapa sebuah pernikahan itu bisa bertahan, dan mengapa yang lain gagal?

Maka akupun menjawab, pernikahan yang terus bertahan dan yang tidak bertahan hanya disebabkan oleh nyala cinta. Yang bertahan terus membarakannya dengan amunisi makfirah, gairah dan kesetiaan sepanjang jiwa. Sedang yang tak bertahan membiarkan nyala itu padam bersama redupnya makrifah, gairah dan kesetiaan antara mereka.




Jika kau mencintai seseorang, kau akan menaruhnya di tempat yang paling ternyaman di hatimu, hingga setiap kali menatap matamu, ia temukan dirinya berpijar disana. Kau tak akan pernah lelah mengenali diri dan jiwanya hingga ke sumsum tulang. Hidupmu penuh gairah, tak bai sekejappun atas keberadaannya.


Maka sampailah kau pada keputusan itu: Kau akan setia pada nafas, getar dan gerak saat bersamanya, hingga nyawa berpamitan untuk selamanya pada jasadmu. Bahkan kau masih berharap semua tak akan pernah tamat. Kau akan mendambakan hari dimana kau dan dia kelak dibangkitkan kembali sebagai pasangan, yang terus bergandengan tangan melintasi jalan-jalan asmara, di taman Syurga-Nya.


Itulah cinta sejati, anakku...........

C E R A I


(Pena yang kupinjam dari sebuah Goresan Abdurrahman Faiz, sastrawan cilik).











Aku sedih. Makin lama makin banyak persoalan yang menimpa beberapa temanku.
Bukan persoalan anak-anak, tapi persoalan orang tua tuh.

Aku bilang,
”Bicaralah pada orangtuamu agar mereka tak jadi berpisah.”

Tapi temanku itu malah menitikkan air mata.

”Peluk saja mereka kuat-kuat bersamaan, agar tak pergi meninggalkanmu!”

Tangis temanku yang lain makin kencang.

”Tak adakah orang yang bisa menengahi selain kalian? Om Tante atau Opa Oma?”

Isakan itu makin tersendat-sendat.


Ah, akhirnya....

Orang tua mereka memang berpisah.

Maka kutulis puisi ini untuk temanku F dan temanku yang lain, Kak B, yang ayah dan ibunya baru saja bercerai. Semoga kalian tegar, ya!
Oya ni puisiku yang paling dewasa deh. Maaf bukan mau ikut campur...Tapi haruskah begitu?


Dari Seorang Anak,
Bagi Ayah Ibu yang Akan Bercerai

Ayah, Ibu
Tolong, jangan cerai
Sebab bercerai selalu membuat kita runtuh
Tak bisakah semua dibicarakan baik-baik
Dengan kepala sedingin batu es
Dan hati yang embun?

Tolong,
Jangan bertengkar dihadapan kami
Apalagi saling melempar perabotan
Jangan menebar caci dan fitnah
Apalagi sampai ke koran, majalah dan televisi
Dan jangan jadikan rumah kita
Bagai zona perang

Mengapa kalian saling menyakiti
dan mengabaikan kami?

Kami bukan lemari
Yang kalian pajang di rumah
Bisa di gotong kesana kemari
Kami punya kebeningan hati
Pendapat yang bisa dipertimbangkan
Kamilah penggenggam erat semua cinta
Yang kalian lempar sampai begitu jauh

Jangan bercerai,
Kecuali hanya bila salah satu pergi menghadapNya
Jangan bercerai,
Kecuali hanya bila ada yang mengingkari Illahi
Jangan bercerai, ayah dan Ibu
Sebab itu berarti meruntuhkan dunia indah
Yang kita bangun sejak dulu
Dari senyuman dan kenangan
Yang kita kumpulkan setiap waktu

Ayah Ibu,
Bila kalian tetap bercerai
Mungkin kami tak lagi kanak-kanak
Diri kami akan menyusut dan mengerut
Menjelma gumpalan duka dan air mata,
Lalu mungkin akan kami asah
Duri duri hati menjadi taring

Pada suatu masa
Kalianpun akan tergugu
Menemukan kami yang berhati bolong
Di sepanjang lorong
Menuju rumah entah siapa

(Abdurrahman Faiz, 2006)

(Sumber : Buku Catatan pernikahan Helvy Tiana Rossa)


Sabtu, 07 Maret 2009

Senin, 02 Maret 2009

Huruf-Huruf Yang Cemas

Mohon doa dari teman-teman semuanya, untuk kesembuhan dari abang saya tercinta. Bang Fery yang saat ini tengah terbaring sakit di RS Yogya International Hospital. Yang mau jenguk silahkan aja ke Lantai 2 kamar 2206 Bougenville.

Jazzakumullah Khairan Katsiiraa..

Kalian untukku_part 2 (Never Ending Friendship)

Sahabat yang tak butuh banyak waktu untuk me-reply sms kita. Bahkan di tengah malam buta sekalipun! Mereka menyediakan ruang waktu, tempat dan bilik hati untuk mendengarkan kita. Tak peduli sepedih apapun kau mengumbar cerita! Mereka akan menyediakan dua telinga, dua hati dan dua tangan untuk menghapus air matamu. Mereka yang teruji mengorbankan banyak hal, sesadar atau setidaksadarnya dirimu.

Mereka yang mengatakan : ”Kau penting di mata kami!”
Mereka yang mengatakan : ”Kau bisa melewatinya!”
Mereka yang mengatakan : ”24 jam ini kami terbuka mendengarkanmu!”

Mereka yang tak putus bertanya : ”Sudah sholat?”
Mereka yang tak henti bertanya : ”Kau sudah makan? Kalau belum, segera makan!”
Mereka yang tak bosan bertanya : ”Lagi apa? Matikan tv mu, dengarkan aku!”

Mereka yang merasa kita tetap penting, sekalipun kita beranggapan bodoh ”Kau bukan siapa-siapa”

It’s a wonderful friendship.

Mereka yang malam tadi, tepat di penghujung 2 Maret 2009, menajamkan mata hatinya untuk mendengarkanku. Menajamkan telinganya untuk melihat sejauh mana sahabatnya ini mampu bersabar! Dan berbaik hati mengatakan bahwa merekalah yang bersalah!

Yang berbesar hati menegaskan : ”Kau tegar! Yang terbaik tetap kan jadi milikmu!”

Yang teguh mengingatkan : ”Kupercaya kau tetap sabar! Tak akan pernah salah aku memberimu thumb!”

Yang tulus berucap : ”Campur tangan Allah. Tak perlu sedih,sobat! Tak penting untukmu”

It’s a never ending friendship.

Terima kasih buat kalian bertiga. Kalian adalah mata hati yang bicara. Disini. Di kedalaman hati, di kebeningan jiwa.

Tak akan pernah kulewatkan nama kalian di setiap ratap dan sujud do’aku.
Jazakumullah Khairan katsiir.

( Written : 3 March 2009, in the bright morning and precious moment in a lifetime)

Kalian Untukku_part 1 (Never Ending Friendship)

28 Januari 2009 (21:19:44) sebuah sms masuk . Aku mengernyitkan dahi. Antara aneh dan lucu. Sms yang kudapat dari salah satu sahabatku yang berada di kota Metropolitan sana(yang udah lama menghilang). Yang kukenal sebagai kader muda FPI, namun mungkin karena muda usianya, suka ceplas-ceplos namun cerdas! Bagaimana tidak ceplas-ceplos. Narsisnya luar biasa.


”Ane udah tiga hari ini ngga mandi! Hattrick! Tapi tetap saja aura kegantengan ini tak pernah memudar”. Begitulah kira-kira salah satu sms narsisnya yang senantiasa ia umbar.

Tapi sudah sejak lama ia hilang dari peredaran dan memang ia sudah berubah. Tidak pernah ceplas-ceplos lagi. Sekarang ”tema” yang ia usung berbeda. Itulah sebabnya aku agak heran ketika sms ini muncul. Tapi hari ini, aku begitu berterima kasih atas sms yang baru 3 hari ini bersarang di inbox hapeku ini.


Cinta itu mutlak...
Dimana ia tak mengalami perubahan
Namun ia mampu merubah segalanya

Cinta itu maya
Dimana kita tak bisa merabanya
Namun kita mampu merasakannya

Cinta itu adalah anugerah
Yang diberikan SANG PEMBERI CINTA
Kepada manusia untuk saling menyayangi

Cinta itu tak dapat dilihat oleh mata
Diraba dengan jemari,
Cinta itu hanya dapat dirasakan dengan hati oleh para pecinta

Cinta itu sebuah bukti
Bukan sebuah janji!

Dan sahabat itu
seperti warna pelangi
Yang tak pernah pudar
Untuk selamanya


Paragraph terakhir lah yang hendak aku bicarakan disini.


Sekali lagi, tentang persahabatan. Tema yang tak lekang untuk dituliskan setelah cinta. Mereka bagai dua sisi mata uang.

Saat ini memang peran dari seorang sahabat (selain orang tua, tentu saja), begitu penting dan menjanjikan. Sahabat yang menyelamatkan saat hidup mulai terasa acak dan bergelombang. Saat hitam kita katakan putih, dan yang kita debat putih, dengan lantang mereka ingatkan bahwa itu adalah hitam!


Di suatu masa saat kita kehilangan roda untuk berjalan mulus di kehidupan. Dengan ringan mereka meminjamkan roda nya sebagai bukti ketulusan. Memayungi dirimu saat hujan turun dan kilat menyambar bergantian.

Dari salah seorang sahabat pula, aku mengutip hasil goresannya. Dan ini masih tentang sahabat!

Ada artikel yang menyebutkan bahwa menyayangi teman, sama sekali bukan berarti menafikan kecintaan kepada yang lain. Kecintaan kepada keluarga, kepada diri sendiri, sebab tiap-tiap jendela cinta memiliki ruangan tersendiri di hati yang tidak akan mampu disamakan dengan cinta-cinta lain Yang kesemuanya tidak saling berhimpit tidak pula bersinggungan. Namun tiap-tiap kecintaan mengisi bilik-bilik hati yang berbeda-beda. Kesemua cinta hendaknya merupakan suatu refleksi cinta kepada Allah SWT. Suatu pendaran keemasan dari keimanan, desiran sejuk angin kerinduan, dan deburan tegar ombak keistiqomahan. Yupz,, sayangilah teman karena Allah!


Teman sejati akan mengerti ketika kamu berkata, ”Aku lupa“ Teman sejati akan tetap setia menunggu ketika kamu berkata, ”Tunggu sebentar“ Teman sejati hatinya akan tetap tinggal, terikat kepadamu ketika kamu berkata, ” Tinggalkan aku sendiri “ (to be continued)