28 Januari 2009 (21:19:44) sebuah sms masuk . Aku mengernyitkan dahi. Antara aneh dan lucu. Sms yang kudapat dari salah satu sahabatku yang berada di kota Metropolitan sana(yang udah lama menghilang). Yang kukenal sebagai kader muda FPI, namun mungkin karena muda usianya, suka ceplas-ceplos namun cerdas! Bagaimana tidak ceplas-ceplos. Narsisnya luar biasa.
”Ane udah tiga hari ini ngga mandi! Hattrick! Tapi tetap saja aura kegantengan ini tak pernah memudar”. Begitulah kira-kira salah satu sms narsisnya yang senantiasa ia umbar.
Tapi sudah sejak lama ia hilang dari peredaran dan memang ia sudah berubah. Tidak pernah ceplas-ceplos lagi. Sekarang ”tema” yang ia usung berbeda. Itulah sebabnya aku agak heran ketika sms ini muncul. Tapi hari ini, aku begitu berterima kasih atas sms yang baru 3 hari ini bersarang di inbox hapeku ini.
Cinta itu mutlak...
Dimana ia tak mengalami perubahan
Namun ia mampu merubah segalanya
Cinta itu maya
Dimana kita tak bisa merabanya
Namun kita mampu merasakannya
Cinta itu adalah anugerah
Yang diberikan SANG PEMBERI CINTA
Kepada manusia untuk saling menyayangi
Cinta itu tak dapat dilihat oleh mata
Diraba dengan jemari,
Cinta itu hanya dapat dirasakan dengan hati oleh para pecinta
Cinta itu sebuah bukti
Bukan sebuah janji!
Dan sahabat itu
seperti warna pelangi Yang tak pernah pudar
Untuk selamanya
Paragraph terakhir lah yang hendak aku bicarakan disini.
Sekali lagi, tentang persahabatan. Tema yang tak lekang untuk dituliskan setelah cinta. Mereka bagai dua sisi mata uang.
Saat ini memang peran dari seorang sahabat (selain orang tua, tentu saja), begitu penting dan menjanjikan. Sahabat yang menyelamatkan saat hidup mulai terasa acak dan bergelombang. Saat hitam kita katakan putih, dan yang kita debat putih, dengan lantang mereka ingatkan bahwa itu adalah hitam!
Di suatu masa saat kita kehilangan roda untuk berjalan mulus di kehidupan. Dengan ringan mereka meminjamkan roda nya sebagai bukti ketulusan. Memayungi dirimu saat hujan turun dan kilat menyambar bergantian.
Dari salah seorang sahabat pula, aku mengutip hasil goresannya. Dan ini masih tentang sahabat!
Ada artikel yang menyebutkan bahwa menyayangi teman, sama sekali bukan berarti menafikan kecintaan kepada yang lain. Kecintaan kepada keluarga, kepada diri sendiri, sebab tiap-tiap jendela cinta memiliki ruangan tersendiri di hati yang tidak akan mampu disamakan dengan cinta-cinta lain Yang kesemuanya tidak saling berhimpit tidak pula bersinggungan. Namun tiap-tiap kecintaan mengisi bilik-bilik hati yang berbeda-beda. Kesemua cinta hendaknya merupakan suatu refleksi cinta kepada Allah SWT. Suatu pendaran keemasan dari keimanan, desiran sejuk angin kerinduan, dan deburan tegar ombak keistiqomahan. Yupz,, sayangilah teman karena Allah!
Teman sejati akan mengerti ketika kamu berkata, ”Aku lupa“ Teman sejati akan tetap setia menunggu ketika kamu berkata, ”Tunggu sebentar“ Teman sejati hatinya akan tetap tinggal, terikat kepadamu ketika kamu berkata, ” Tinggalkan aku sendiri “ (to be continued)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar