Jumat, 20 Februari 2009

Ingatkan aku, kawan!

Anak itu berseragam pramuka. Lengkap. Tak lupa dengan topi hitamnya yang bertengger di kepala. He is a boy, isn't he?, pikirku. Dia berdiri di depan pintu kelas dengan tangan di saku celana. Menatap kakak-kakak kelasnya di bangku kelas 5 yang masih asyik reading. Sementara dia yang kudapati bernama Wahyu (bukan nama sebenarnya), masih menunggu beberapa menit ke depan untuk dapat masuk kelas sebagai kelas 3.

Tak lama momen itu terjadi. Beberapa anak menghampirinya. Entah apa yang mereka ributkan, akhirnya sampai juga ke telingaku. Sayup kudapati sebuah pengertian. Wahyu ternyata diledekin oleh temannya, karena gaya nya yang cukup girly ketika ia bicara. Tampak pada saat ia memainkan gesture tubuhnya, ataupun saat ia berkomunikasi secara verbal. Dia juga lebih memilih duduk sebangku dengan teman wanita.

Selang beberapa waktu. Saat pergantian jam. Ia mendekatiku.

"Miss...liat lah tu..." katanya mengadu. Tentu dengan gaya girly-nya yang memukau. Anak-anak lain terkekeh. Aku sempat terpana dengan gayanya di hadapanku barusan. Lantas,

"Wahyu, gayanya yang tegap dong..Masa' gayanya kaya temen-temen yang perempuan"

Dia diam menunduk. Tanda tak suka. Wajahnya yang tadi cukup cerah meriah, berganti mendung yang nyata.

Sudah pergantian jam. Maka aku harus meninggalkan kelas.

***
Terkadang kita perlu untuk mendapatkan shock teraphy sejak dini. Untuk sebuah kebiasaan yang bisa memahatkan sebuah persepsi negatif dan tentunya mengancam kepribadian positif kita. Mungkin saja, prilaku dari Wahyu tadi terbentuk, karena tak ada dari orang-orang terdekatnya yang memberikan sebuah teguran dan pendekatan berarti agar dia berubah.

Aku bukannya tanpa alasan menuliskan ini. Kejadian serupa namun dalam konsep yang berbeda juga sempat terjadi padaku.

Beberapa waktu lalu, sahabatku 'menyerangku". Dia menggugat TIGA HAL yang tak ia sukai dariku. Dan aku kaget! Karena selama ini tak seorangpun mempermasalahkan hal itu padaku! Bahkan sebagai pembelajaran bagiku, ia katakan sementara waktu ia akan stop berkomunikasi denganku jika aku belum pelan-pelan mengubah kebiasaan jelekku itu!

3 hal mengejutkan bagiku itu adalah :
1) Stop bilang : "Biarin..khan aku anak bungsu.."
2) Stop : memukul-mukul dan mencubit-cubit Meggie/orla jika sedang ngobrol
3) Stop : nyuruh-nyuruh orang, nge-bossy. Sertakan "Tolong dong.." stiap ingin minta bantuan

Aku pias. Mulai akan berceloteh,

"Knapa siy emangnya? Apa salahnya? Meggie aja ngga pernah komplain..gak pernah ada yang komplain. Dan aku tidak melakukannya pada semua orang" kataku. Walau bibir menolak, tapi pikiranku terapung-apung, campur aduk dan menggeliat kaget.

Apa iya sih? Sebegitunyakah??

"Kamu mungkin gak sadar.." katanya.

Ia memprotes beberapa kesalahanku yang ia dapati padaku.

"Serem tau gak, ngeliat Mega yang kurus begitu ,kamu pukul-pukul bahunya. Kamu cubit lah, lempar pake bantal lah...Dia emang ngga masalah. Tapi tetep saja prilaku begitu ngga baik.."

"Hentikan sifatmu yang suka ngeles 'Biarin begini..aku kan bungsu..bebas mo ngapain.." tiap ngelakuin keteledoran. Gak dewasa banget, tau ngga! Tolong ubah.."

"Trus biasain ngerjain sgala sesuatunya sendiri. Masa suka banget nyuruh-nyuruh temennya 'Colokkin dong charger lap top, ambilin dong buku yang itu. Lipatin mukena dong, sekalian..'. Apa ngga kasian ma temennya (terutama Meggie). Mandirilah, jangan ngandelin orang untuk hal-hal kecil dan ringan kayak gitu"

Aku menggigit bibir. Memang benar, aku ingat jika di kampus, aku slalu meminta Meggie yang memegang kunci motorku karena aku takut ninggalinnya dimana-mana. Lebih aman. Meggie juga yang slalu mengingatkanku jika aku ketinggalan tas jinjing, dompet dan hape. Slalu dia yang "care" untuk menjagakannya untukku. Kadang jika sholat bareng di masjid kampus, aku dengan entengnya minta meggie yang ngelipetin mukena sementara aku sibuk memasang kaos kaki atau ngutak-ngatik hape. Heuleuh! Benar! Jelek banget!!

Mega bilang "Halah..biasa aja kalii...ndak ngaruh ah" katanya saat aku "mengadukan" gugatan sahabatku yang lain.

Tapi sungguh. Aku mulai berpikir. Bisa jadi sahabatku benar. Aku saja yang tak sadar.

Finally,

Maafkan aku, kawan! Kuharap shock terapy dari siapa saja bisa kembali mengarahkan aku ke belokan negatif mengarah kembali kepada perjalanan positifku. Sehingga hal-hal yang terlihat kecil dan tak terdeteksi mata batinku, dapat kupahami dan kumengerti untuk sadar!

Ingatkan aku, ingatkan aku, ingatkan aku!



Tidak ada komentar: