Jumat, 20 Februari 2009

Ingatkan aku, kawan!

Anak itu berseragam pramuka. Lengkap. Tak lupa dengan topi hitamnya yang bertengger di kepala. He is a boy, isn't he?, pikirku. Dia berdiri di depan pintu kelas dengan tangan di saku celana. Menatap kakak-kakak kelasnya di bangku kelas 5 yang masih asyik reading. Sementara dia yang kudapati bernama Wahyu (bukan nama sebenarnya), masih menunggu beberapa menit ke depan untuk dapat masuk kelas sebagai kelas 3.

Tak lama momen itu terjadi. Beberapa anak menghampirinya. Entah apa yang mereka ributkan, akhirnya sampai juga ke telingaku. Sayup kudapati sebuah pengertian. Wahyu ternyata diledekin oleh temannya, karena gaya nya yang cukup girly ketika ia bicara. Tampak pada saat ia memainkan gesture tubuhnya, ataupun saat ia berkomunikasi secara verbal. Dia juga lebih memilih duduk sebangku dengan teman wanita.

Selang beberapa waktu. Saat pergantian jam. Ia mendekatiku.

"Miss...liat lah tu..." katanya mengadu. Tentu dengan gaya girly-nya yang memukau. Anak-anak lain terkekeh. Aku sempat terpana dengan gayanya di hadapanku barusan. Lantas,

"Wahyu, gayanya yang tegap dong..Masa' gayanya kaya temen-temen yang perempuan"

Dia diam menunduk. Tanda tak suka. Wajahnya yang tadi cukup cerah meriah, berganti mendung yang nyata.

Sudah pergantian jam. Maka aku harus meninggalkan kelas.

***
Terkadang kita perlu untuk mendapatkan shock teraphy sejak dini. Untuk sebuah kebiasaan yang bisa memahatkan sebuah persepsi negatif dan tentunya mengancam kepribadian positif kita. Mungkin saja, prilaku dari Wahyu tadi terbentuk, karena tak ada dari orang-orang terdekatnya yang memberikan sebuah teguran dan pendekatan berarti agar dia berubah.

Aku bukannya tanpa alasan menuliskan ini. Kejadian serupa namun dalam konsep yang berbeda juga sempat terjadi padaku.

Beberapa waktu lalu, sahabatku 'menyerangku". Dia menggugat TIGA HAL yang tak ia sukai dariku. Dan aku kaget! Karena selama ini tak seorangpun mempermasalahkan hal itu padaku! Bahkan sebagai pembelajaran bagiku, ia katakan sementara waktu ia akan stop berkomunikasi denganku jika aku belum pelan-pelan mengubah kebiasaan jelekku itu!

3 hal mengejutkan bagiku itu adalah :
1) Stop bilang : "Biarin..khan aku anak bungsu.."
2) Stop : memukul-mukul dan mencubit-cubit Meggie/orla jika sedang ngobrol
3) Stop : nyuruh-nyuruh orang, nge-bossy. Sertakan "Tolong dong.." stiap ingin minta bantuan

Aku pias. Mulai akan berceloteh,

"Knapa siy emangnya? Apa salahnya? Meggie aja ngga pernah komplain..gak pernah ada yang komplain. Dan aku tidak melakukannya pada semua orang" kataku. Walau bibir menolak, tapi pikiranku terapung-apung, campur aduk dan menggeliat kaget.

Apa iya sih? Sebegitunyakah??

"Kamu mungkin gak sadar.." katanya.

Ia memprotes beberapa kesalahanku yang ia dapati padaku.

"Serem tau gak, ngeliat Mega yang kurus begitu ,kamu pukul-pukul bahunya. Kamu cubit lah, lempar pake bantal lah...Dia emang ngga masalah. Tapi tetep saja prilaku begitu ngga baik.."

"Hentikan sifatmu yang suka ngeles 'Biarin begini..aku kan bungsu..bebas mo ngapain.." tiap ngelakuin keteledoran. Gak dewasa banget, tau ngga! Tolong ubah.."

"Trus biasain ngerjain sgala sesuatunya sendiri. Masa suka banget nyuruh-nyuruh temennya 'Colokkin dong charger lap top, ambilin dong buku yang itu. Lipatin mukena dong, sekalian..'. Apa ngga kasian ma temennya (terutama Meggie). Mandirilah, jangan ngandelin orang untuk hal-hal kecil dan ringan kayak gitu"

Aku menggigit bibir. Memang benar, aku ingat jika di kampus, aku slalu meminta Meggie yang memegang kunci motorku karena aku takut ninggalinnya dimana-mana. Lebih aman. Meggie juga yang slalu mengingatkanku jika aku ketinggalan tas jinjing, dompet dan hape. Slalu dia yang "care" untuk menjagakannya untukku. Kadang jika sholat bareng di masjid kampus, aku dengan entengnya minta meggie yang ngelipetin mukena sementara aku sibuk memasang kaos kaki atau ngutak-ngatik hape. Heuleuh! Benar! Jelek banget!!

Mega bilang "Halah..biasa aja kalii...ndak ngaruh ah" katanya saat aku "mengadukan" gugatan sahabatku yang lain.

Tapi sungguh. Aku mulai berpikir. Bisa jadi sahabatku benar. Aku saja yang tak sadar.

Finally,

Maafkan aku, kawan! Kuharap shock terapy dari siapa saja bisa kembali mengarahkan aku ke belokan negatif mengarah kembali kepada perjalanan positifku. Sehingga hal-hal yang terlihat kecil dan tak terdeteksi mata batinku, dapat kupahami dan kumengerti untuk sadar!

Ingatkan aku, ingatkan aku, ingatkan aku!



7 Days without You

7 days, Papap!
7 days..
without our noisy in the living white room
Catch the remote and laught the show!
Messy floor is fade away without ya!


7 hari tidak bersama Papa terasa berbeda
Hari ini tepat tujuh hari ku tak bisa melihat lagi secara langsung gerak-geriknya


Pa,
Tidak ada lagi engkau yang pagi-pagi duduk menunggu koran tiba

Tuk kemudian menghabiskan sedikit waktumu untuk membacanya di teras kita yang penuh
bunga......


Tak ada Engkau yang terkadang terkekeh geli menyapa balita tetangga sebelah rumah kita
Tuk kemudian berjalan-jalan menyusuri kompleks perumahan yang teduh bercahaya


Tak ada lagi harum minyak wangi non alkoholmu
yang menandai keberangkatanmu tuk sholat berjamaah di masjid


Tak ada lagi piring bekas makanmu
Sandal jepit batikmu


Dan kopiah mu, pa...........



7 hari tanpamu

Menawarkan sejuta gelisah bermahadaya


Yang menawarkan 7 rupa warna :
Rindu, sakit, bahagia, khawatir,
gundah, bingung dan bahkan luka


Aku ingin kita semua kembali bersama

Secepatnya!

Dalam waktu dekat ini juga


Sejuta cinta, tanpa puitisasi estetika

Kukirimkan sore ini!

Rabu, 18 Februari 2009

Face book?!

Setelah kurang lebih 2 teon nge blog (via word press ampe pindah pula ke blogspot) dan nge-fs, sekarang aku mulai noba-nyoba tuk ber-face book ria...Emang lagi booming-boomingnya palagi saat digembor-gemborin tuh presiden Amrik Obama salah satu kuci kemenangannya ya lewat media yang satu ini...

Akhirnya iseng (plus pnasaran juga), walau mungkin agak telatan, hehehe...kemarin aku nyoba-nyoba tuk gabung di face book. Asyik juga, bisa nemu banyak orang dan bisa diskusi.
Tapi satu hal yang masih terngiang-ngiang saat PD 105, 8 sempat bilang gini,


"Face book itu yahudi"


Hmmm.....


Ada komentar???!

Fase apa? Fase itu lohh!!

Udah memasuki hari ke-4 diriku menjelma jadi nenek-nenek cantik (heuheuheu gak mau rugi..)..

Critanya sebuah keajaiban terjadi, sebuah penggambaran akan kekuasaan sang Pencipta yang Maha sempurna. Aku memasuki salah satu fase paling mendebarkan dalam kehidupan ini. Begitu banyak manusia bumi yang mungkin turut pernah merasakan sebuah penderitaan yang tentunya berhujung kebahagiaan. Ngga tau juga kamu yang baca pernah pa engga ..hihihihih.. tapi kurasakan saat ini. Cukup mengganggu aktivitas, namun makin menjadikan aku terselami rasa syukur yang amat sangat atas hari-hariku sebelumnya! Sebelum fase ini terjadi, tentunya! Pffuhh...

Dan tentunya fase baru menciptakan sebuah kebiasaan baru pula (biasanya!)



Hih..fase apa siy yang dibicarain..kayaknya repot banget ..mungkin itu yang kalian pikirin.

Fase itu be!

Tumbuh gigi bungsu! (heuleuh deudeuh kiraiiin..)


Nah jadilah selama 4 harian ini ku hanya ditemani semangkok bubur, baik itu bubur original (yang cuman diceprekin ma ikan teri doang plus plus kecap dan kuah), ampe bubur ayam yang isinye macem-macemm..ih ih nenek-nenek banget!
Biarin deh! Palingan seminggu juga udahan...bettul tidak..

Heuheuheuu

nenek-nenek cantik ..(Tring)

Minggu, 15 Februari 2009

Create a story telling story

Reading is fun. TV and video can be exciting. But creating your own stories is an adventure of discovery and learning that is more fun then any of these.
Creating storytelling stories is quite different from creating written stories. That’s because storytelling stories are different from written ones.
Written stories are always the same. You may read them many times, but the words will always be in the same order. One event will follow another. Storytelling stories are never the same. A storytelling story changes with each audience to appeal or adapt to those specific listeners.


For example, if you lost something on the way home from school, how would you describe the incident to your mother? Your teacher? Your best friend? Your sister or brother? Would one version vary depending on whom you were talking to?
Storytelling is like this. You might leave out some part one time or add others another time. Some parts, such as a repetitive line can always be the same, but each telling is different.


Three Important Secrets

There are three secret reasons why
each storytelling is different.

Who Will Listen?
Will you tell your story to kids your own age? Will they be friends or young people you haven’t met yet? Perhaps you will tell to younger kids. Or, will it be an audience of adults? Will it be just a couple people, a small group, or a large audience?

Why Are You Telling It?
There are many reasons for telling a story. Knowing why you are telling it may be the most helpful reason in adapting a story for a particular audience.
Many storytellers select tales just to entertain. They tell jokes, silly stories, or tall tales. Others want to teach something, such as how to be more considerate of animals, the environment, or other people. One storyteller likes to encourage his listeners to try new things. Some babysitters tell stories to help children not to be afraid of thunder, lightening or scary shadows in their rooms. Some tellers use personal stories to promote understanding of another culture. Others want to make people think or to help people remember. Some like to scare their audience with ghostly stories.

Where Will You Speak?
How you tell your story and what story helpers you use will depend on where you will be speaking? Will you be talking at one of your youth organizations, a parents’ night program, in your classroom, at a storytelling workshop, in a library storytelling program, while riding in a car or bus, at a family dinner, during a community fair, at a museum, at a storytelling festival, or during a religious program?


www.storycraft.com

Rabu, 11 Februari 2009

Kisah Nyata...Tujuh kali naik Haji tidak bisa melihat Ka'bah

Sebagai seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, Hasan (bukan namasebenarnya), mengajak ibunya untuk menunaikan rukun Islam yang kelima.


Sarah (juga bukan nama sebenarnya), sang Ibu, tentu senang dengan ajakan
anaknya itu. Sebagai muslim yang mampu secara materi, mereka memang
berkewajiban menunaikan ibadah Haji. Segala perlengkapan sudah disiapkan.
Singkatnya ibu anak-anak ini akhirnya berangkat ke tanah suci. Kondisi
keduanya sehat wal afiat, tak kurang satu apapun. Tiba harinya mereka
melakukan thawaf dengan hati dan niat ikhlas menyeru panggilan Allah, Tuhan
Semesta Alam. "Labaik allahuma labaik, aku datang memenuhi seruan Mu ya
Allah".

Hasan menggandeng ibunya dan berbisik, "Ummi undzur ila Ka'bah (Bu, lihatlah
Ka'bah)." Hasan menunjuk kepada bangunan empat persegi berwarna hitam itu.
Ibunya yang berjalan di sisi anaknya tak beraksi, ia terdiam.
Perempuan itu
sama sekali tidak melihat apa yang ditunjukkan oleh anaknya. Hasan kembali
membisiki ibunya. Ia tampak bingung melihat raut wajah ibunya. Di wajah
ibunya tampak kebingungan. Ibunya sendiri tak mengerti mengapa ia tak bisa
melihat apapun selain kegelapan. beberapakali ia mengusap-usap matanya,
tetapi kembali yang tampak hanyalah kegelapan.

Padahal, tak ada masalah dengan kesehatan matanya. Beberapa menit yang lalu
ia masih melihat segalanya dengan jelas, tapi mengapa memasuki Masjidil
Haram segalanya menjadi gelap gulita. Tujuh kali Haji Anak yang sholeh itu
bersimpuh di hadapan Allah. Ia shalat memohon ampunan-Nya. Hati Hasan begitu
sedih. Siapapun yang datang ke Baitulah, mengharap rahmatNYA. Terasa hampa
menjadi tamu Allah, tanpa menyaksikan segala kebesaran-Nya, tanpa merasakan
kuasa-Nya dan juga rahmat-Nya.

Hasan tidak berkecil hati, mungkin dengan ibadah dan taubatnya yang
sungguh-sungguh, Ibundanya akan dapat merasakan anugrah-Nya, dengan menatap
Ka'bah, kelak. Anak yang saleh itu berniat akan kmebali membawa ibunya
berhaji tahun depan... Ternyata nasib baik belum berpihak kepadanya. Tahun
berikutnya kejadian serupa terulang lagi. Ibunya kembali dibutakan di dekat
Ka'bah, sehingga tak dapat menyaksikan bangunan yang merupakan symbol
persatuan umat Islam itu... Wanita itu tidak bisa melihat Ka'bah. Hasan
tidak patah arang. Ia kembali membawa ibunya ke tanah suci tahun berikutnya.

Anehnya, ibunya tetap saja tak dapat melihat Ka'bah. Setiap berada di
Masjidil Haram, yang tampak di matanya hanyalah gelap dan gelap... Begitulah
keganjilan yang terjadi pada diri Sarah.. hingga kejadian itu berulang
Sampai tujuh kali menunaikan ibadah haji. Hasan tak habis pikir, ia tak
mengerti, apa yang menyebabkan ibunya menjadi buta di depan Ka'bah. Padahal,
setiap berada jauh dari Ka'bah, penglihatannya selalu normal. Ia
bertanya-tanya, apakah ibunya punya kesalahan sehingga mendapat azab dari
Allah SWT ?.

Apa yang telah diperbuat ibunya, sehingga mendapat musibah seperti itu ?
Segala pertanyaan berkecamuk dalam dirinya. Akhirnya diputuskannya untuk
mencari seorang alim ulama, yang dapat membantu permasalahannya. Beberapa
saat kemudian ia mendengar ada seorang ulama yang terkenal Karena
kesholehannya dan kebaikannya di Abu Dhabi (Uni Emirat). Tanpa kesulitan
berarti, Hasan dapat bertemu dengan ulama yang dimaksud.

Ia pun mengutarakan masalah kepada ulama yang saleh ini. Ulama itu
mendengarkan dengan seksama, kemudian meminta agar Ibu dari hasan mau
menelponnya. anak yang berbakti ini pun pulang. Setibanya di tanah
kelahirannya, ia meminta ibunya untuk menghubungi ulama di Abu Dhabi
tersebut. Beruntung, sang Ibu mau memenuhi permintaan anaknya. Ia pun mau
menelpon ulama itu, dan menceritakan kembali peristiwa yang dialaminya di
tanah suci.

Ulama itu kemudian meminta Sarah introspeksi, mengingat kembali, mungkin ada
perbuatan atau peristiwa yang terjadi padanya di masa lalu, sehingga ia
tidak mendapat rahmat Allah. Sarah diminta untuk bersikap terbuka,
mengatakan dengan jujur, apa yang telah dilakukannya. "Anda harus berterus
terang kepada saya, karena masalah Anda bukan masalah sepele," kata ulama
itu pada Sarah. Sarah terdiam sejenak. kemudian ia meminta waktu untuk
memikirkannya. Tujuh hari berlalu, akan tetapi ulama itu tidak mendapat
kabar dari Sarah.

Pada minggu kedua setelah percakapan pertama mereka, akhirnya Sarah menelpon.
"Ustad, waktu masih muda, saya bekerja sebagai perawat di rumah sakit,"
cerita Sarah akhirnya. "Oh, bagus.....Pekerjaan perawat adalah pekerjaan
mulia," potong ulama itu... "Tapi saya mencari uang sebanyak-banyaknya
dengan berbagai cara, tidak peduli, apakah cara saya itu halal atau haram,"
ungkapnya terus terang. Ulama itu terperangah. . Ia tidak menyangka wanita itu
akan berkata demikian.

"Disana...." sambung Sarah, "Saya sering kali menukar bayi, karena tidak
semua ibu senang dengan bayi yang telah dilahirkan. Kalau ada yang
menginginkan anak laki-laki, padahal bayi yang dilahirkannya perempuan,
dengan imbalan uang, saya tukar bayi-bayi itu sesuai dengan keinginan
mereka." Ulama tersebut amat terkejut mendengar penjelasan Sarah.
"Astagfirullah. ....." betapa tega wanita itu menyakiti hati para ibu yang
diberi amanah Allah untuk melahirkan anak. bayangkan, betapa banyak keluarga
yang telah dirusaknya, sehingga tidak jelas nasabnya.

Apakah Sarah tidak tahu, bahwa dalam Islam menjaga nasab atau keturunan
sangat penting. Jika seorang bayi ditukar, tentu nasabnya menjadi tidak
jelas. Padahal, nasab ini sangat menentukan dalam perkawinan, terutama dalam
masalah mahram atau muhrim, yaitu orang-orang yang tidak boleh dinikahi.

"Cuma itu yang saya lakukan," ucap Sarah..
"Cuma itu ?" tanya ulama terperangah.
"Tahukah anda bahwa perbuatan Anda itu dosa yang luar biasa,betapa banyak
keluarga yang sudah Anda hancurkan !". ucap ulama dengan nada tinggi. "Lalu
apa lagi yang Anda kerjakan ?" tanya ulama itu lagi sedikit kesal. "Di rumah
sakit, saya juga melakukan tugas memandikan orang mati."
"Oh bagus, itu juga pekerjaan mulia," kata ulama.
"Ya, tapi saya memandikan orang mati karena ada kerja sama dengan tukang
sihir." "Maksudnya ?". tanya ulama tidak mengerti.
"Setiap saya bermaksud menyengsarakan orang, baik membuatnya mati atau sakit,
segala perkakas sihir itu sesuai dengan syaratnya, harus dipendam di dalam
tanah. Akan tetapi saya tidak menguburnya di dalam tanah, melainkan saya
masukkan benda-benda itu ke dalam mulut orang yang mati."

"Suatu kali, pernah seorang alim meninggal dunia. Seperti biasa, saya
memasukkan berbagai barang-barang tenung seperti jarum, benang dan lain-lain
ke dalam mulutnya. Entah mengapa benda-benda itu seperti terpental, tidak
mau masuk, walaupun saya sudah menekannya dalam-dalam. Benda-benda itu
selalu kembali keluar. Saya coba lagi begitu seterusnya berulang-ulang.
Akhirnya, emosi saya memuncak, saya masukkan benda itu dan saya jahit
mulutnya. Cuma itu dosa yang saya lakukan." Mendengar penuturan Sarah yang
datar dan tanpa rasa dosa, ulama itu berteriak marah.

"Cuma itu yang kamu lakukan ?".
"Masya Allah....!!! Saya tidak bisa bantu anda. Saya angkat tangan". Ulama
itu amat sangat terkejutnya mengetahui perbuatan Sarah. Tidak pernah
terbayang dalam hidupnya ada seorang manusia, apalagi ia adalah wanita, yang
memiliki nurani begitu tega, begitu keji. Tidak pernah terjadi dalam
hidupnya, ada wanita yang melakukan perbuatan sekeji itu. Akhirnya ulama itu
berkata, "Anda harus memohon ampun kepada Allah, karena hanya Dialah yang
bisa mengampuni dosa Anda.."

Bumi menolaknya.
Setelah beberapa lama, sekitar tujuh hari kemudian ulama tidak mendengar
kabar selanjutnya dari Sarah.. Akhirnya ia mencari tahu dengan menghubunginya
melalui telepon. Ia berharap Sarah telah bertobat atas segala yang telah
diperbuatnya. Ia berharap Allah akan mengampuni dosa Sarah, sehingga Rahmat
Allah datang kepadanya. Karena tak juga memperoleh kabar, ulama itu
menghubungi keluarga Hasan di mesir. Kebetulan yang menerima telepon adalah
Hasan sendiri. Ulama menanyakan kabar Sarah, ternyata kabar duka yang
diterima ulama itu.

"Ummi sudah meninggal dua hari setelah menelpon ustad," ujar Hasan.
Ulama itu terkejut mendengar kabar tersebut. "Bagaimana ibumu meninggal,
Hasan ?". tanya ulama itu. Hasanpun akhirnya bercerita :

Setelah menelpon sang ulama, dua hari kemudian ibunya jatuh sakit dan
meninggal dunia. Yang mengejutkan adalah peristiwa penguburan Sarah. Ketika
tanah sudah digali, untuk kemudian dimasukkan jenazah atas ijin Allah, tanah
itu rapat kembali, tertutup dan mengeras. Para penggali mencari lokasi lain
untuk digali. Peristiwa itu terulang kembali. Tanah yang sudah digali
kembali menyempit dan tertutup rapat. Peristiwa itu berlangsung begitu
cepat, sehingga tidak seorangpun pengantar jenazah yang menyadari bahwa
tanah itu kembali rapat. Peristiwa itu terjadi berulang-ulang.

Para pengantar yang menyaksikan peristiwa itu merasa ngeri dan merasakan
sesuatu yang aneh terjadi. Mereka yakin, kejadian tersebut pastilah
berkaitan dengan perbuatan si mayit. Waktu terus berlalu, para penggali
kubur putus asa dan kecapaian karena pekerjaan mereka tak juga usai.
Siangpun berlalu, petang menjelang, bahkan sampai hampir maghrib, tidak ada
satupun lubang yang berhasil digali. Mereka akhirnya pasrah, dan beranjak
pulang. Jenazah itu dibiarkan saja tergeletak di hamparan tanah kering
kerontang.

Sebagai anak yang begitu sayang dan hormat kepada ibunya, Hasan tidak tega
meninggalkan jenazah orang tuanya ditempat itu tanpa dikubur. Kalaupun
dibawa pulang, rasanya tidak mungkin. Hasan termenung di tanah perkuburan
seorang diri. Dengan ijin Allah, tiba-tiba berdiri seorang laki-laki yang
berpakaian hitam panjang, seperti pakaian khusus orang Mesir. Lelaki itu
tidak tampak wajahnya, karena terhalang tutup kepalanya yang menjorok ke
depan. Laki-laki itu mendekati Hasan kemudian berkata padanya, " Biar aku
tangani jenazah ibumu, pulanglah!". kata orang itu.

Hasan lega mendengar bantuan orang tersebut, Ia berharap laki-laki itu akan
menunggu jenazah ibunya.. Syukur-syukur mau menggali lubang untuk kemudian
mengebumikan ibunya. "Aku minta supaya kau jangan menengok ke belekang,
sampai tiba di rumahmu, "pesan lelaki itu. Hasan mengangguk, kemudian ia
meninggalkan pemakaman. Belum sempat ia di luar lokasi pemakaman, terbersit
keinginannya untuk mengetahui apa yang terjadi dengan kenazah ibunya.
Sedetik kemudian ia menengok ke belakang. Betapa pucat wajah Hasan, melihat
jenazah ibunya sudah dililit api, kemudian api itu menyelimuti seluruhtubuh
ibunya.

Belum habis rasa herannya, sedetik kemudian dari arah yang berlawanan, api
menerpa wajah Hasan. Hasan ketakutan. Dengan langkah seribu, ia pun bergegas
meninggalkan tempat itu. Demikian yang diceritakan Hasan kepada ulama itu.
Hasan juga mengaku, bahwa separuh wajahnya yang tertampar api itu kini
berbekas kehitaman karena terbakar. Ulama itu mendengarkan dengan seksama
semua cerita yang diungkapkan Hasan. Ia menyarankan, agar Hasan segera
beribadah dengan khusyuk dan meminta ampun atas segala perbuatan atau
dosa-dosa yang pernah dilakukan oleh ibunya. Akan tetapi, ulama itu tidak
menceritakan kepada Hasan, apa yang telah diceritakan oleh ibunya kepada
ulama itu.

Ulama itu meyakinkan Hasan, bahwa apabila anak yang soleh itu memohon ampun
dengan sungguh-sungguh, maka bekas luka di pipinya dengan ijin Allah akan
hilang. Benar saja, tak berapa lama kemudian Hasan kembali mengabari ulama
itu, bahwa lukanya yang dulu amat terasa sakit dan panas luar biasa, semakin
hari bekas kehitaman hilang. Tanpa tahu apa yang telah dilakukan ibunya
selama hidup, Hasan tetap mendoakan ibunya. Ia berharap, apapun perbuatan
dosa yang telah dilakukan oleh ibunya, akan diampuni oleh Allah SWT.

Semoga kisah nyata dari Mesir ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.
Uang Rp 50.000 atau S$50 kelihatan begitu besar bila dibawa ke kotak derma
masjid, tetapi begitu kecil bila kita bawa ke supermarket. .. 45 menit
terasa gampang kita habiskan.selain itu terlalu lama untuk berzikir tapi
betapa pendeknya waktu itu untuk pertandingan bola sepak..berkumpul bersama
shabat,dugem dll, Semua insan ingin memasuki syurga tetapi tidak banyak yang
berfikir dan berbicara tentang bagaimana untuk memasukinya.

Kita mengirimkan ribuan 'jokes' dan 'suratberantai' yg penuh maksiat melalui
e-mail tetapi bila! mengirimkan yang berkaitan dengan ibadah seringkali
berfikir 2 atau 3 kali.

No smile but me?


Siang-siang kok rasanya cape en sedih banget yah. No passion at all! No happiness, no smile, no shine, no cat.

Bang Adi, ni gambar sapi yang mi janjiin...Sapi yang tertawa jenaka, menunjukkan deretan gigi-gigi putihnya.

Unhappy

Hari ini sungguh tak bergairah..


Sungguh!!


Abang semata wayang ku kini terbaring di Opname nun jauh disana di negeri orang. Sendirian...



Smoga cepat sembuh. Besok Insya Allah Papah nyusul kesana.

Cup! Muah

Selasa, 03 Februari 2009

Mengapa oh mengapa

Mengapa seseorang Yahudi dibolehkan menyimpan janggut untuk mengamalkan kepercayaannya...



...tetapi bila seorang Muslim berbuat demikian, dia dianggap ekstrim dan pengganas?




Mengapa seseorang rahib boleh meliputi keseluruhan tubuhnya kerana memperhambakan diri kepada Tuhannya...




...tetapi bila seseorang Muslimah melakukan begitu, dia ditekan?









Mengapa bila wanita barat menjadi surirumah,


dia dihormati kerana dikatakan berkorban untuk keluarganya...



...tetapi bila wanita Islam berbuat begitu, mereka kata, "dia mesti dibebaskan!"





Mengapa mana-mana gadis boleh ke universiti dengan berpakaian mengikut kesukaannya kerana punyai hak dan kebebasan...



...tetapi bila seseorang wanita Muslim memakai hijab, dia tidak boleh menjejakkan kakinya ke universiti?




Mengapa bila seseorang kanak-kanak meminati sesuatu bidang, dia dikatakan punyai bakat...



...tetapi bila seseorang kanak-kanak meminati Islam, dia dikatakan tak berguna?






Mengapa??














Senin, 02 Februari 2009

Hepy Bufdey Bang I....

Esok ulang teon Abang semata wayangku yang ke 26...(eh..bener gak ya yang ke 26 ko prasaan tua banget!!)...whuhuhu...3 februari 1983-3 februari2009. Eh iya bener ud 26...hihihihihihih


Yeah walo dia nun jauh di Jogja sana, dengan motor honda grand sederhananya..selimut tipisnya... dan sedang menunggu toga S2 nya yang Insya Allah April nanti, (hikz terharu...tak sia-sia aku mendoakanmu naaakkk dan banting tulang tuks keberhasilanmu..whihihi boong banget gak siy), tpi disini betapa ayah dan ibu kita ..begitu merindukan kehadiranmu..(whuhuhu)...Kamarmu sudah di rapi in dan sprei nya juga uda di ganti....(Yang Hello Kitty kan??)..hihihh


Tapi kalo ade rencane pulang ke pontianak, bilang2 yeh! Coale biar kubisa langsung ngeboyong tipi di kamarmu ke kamarku..sebelum tu tipi dirimu Claim sebagai milikmu....ho ho ho)


Owh iya....Mr.Pus kucing semate wayang kite juga masi idup!! Gak tau pa dy masi bertahan sampai kepulanganmu nanti. Tapi dy titip salam..Happy Birthday Buat Mas Fery, katanya.


Ape agik ye...(Pontianak *mode on)....


Besok Ultah mu..baiklah..niy ada puisi....selamat menyimak. Tapi ni ndak gratis yeh! Coale ku harus mengeluarkan beberapa rupiah tuk ngenet di rumah Oma sebelah. Okeh!!


Taklukkan Semesta

Dengan umur yang tersisa kan ku arungi gemerlap angkasa
Ku berputar-putar meninggalkan dunia di bawah sana
Kubertanya pada makhluk asing di ruang maya,

apa yang kupunya tuk bisa menaklukkan angkasa raya?

Mereka tertawa. Tertawa menggigil melihat bekal yang kubawa


Nah! smoga kau mengerti dengan puisi tak puitisku ini....


Akhirul kalam, Bertepatan dengan momen ke-26 mu...doaku padamu..

Semoga Ilmu mu (Ilmu akademikmu dan ilmu Capoeira-mu dll) bisa semakin mendekatkan dirimu pada Allah SWT dan mempertebal imanmu...


Itu saja dulu do'aku...


Oke!!!

Sudah dulu kuharap kau senang membacanya!!!



Wassalamu'alaikum Wr Wb



(Ps: jangan lupa tar kalo pulang bawain oleh-oleh...buku kek apa kek. Ne cuman dibawain bakpia doang...ku tak doyan bakpia...wokeh..huhuhuh)