"Ku merindukan sebuah Concerto Angkasa Raya...dengan ribuan Malaikat bertasbih memuja nama-Nya. Inilah gaung Selebritis Syurga. Allah sebagai pusat orbitnya...."
Senin, 21 Januari 2008
Sebuah refleksi tak berkaki
Rutinitas terkadang menenggelamkan aku ke dalam lautan dunia yang terlalu indah warna-warnanya. Aku masuk kedalam ruang biru, dan asyik bermain dengan keindahannya. Sehingga bila aku kehilangan biru, maka aku menyesalinya dan bertanya pada-Nya ; mengapa??
Aku masuk kedalam ruang merah, dan dihentak-hentakkan oleh berbagai macam persoalan yang menjadikanku tak berdaya dan mudah putus asa karena tak sanggup menggapai obsesi-obsesi manusiawiku. Lagi-lagi kutanya pada-Nya ; mengapa??
Jingga ikut mewarnai lautan duniaku dan aku asyik tertawa, bercanda, berkata-kata yang mengubah hatiku terlalu gembira dibuatnya. Hati inipun menjadi mati. Dan akhirnya aku kembali menangis mengadu ketika menghadap-Nya.
Kolam kehidupanku adakalanya menjadi jernih dan memantulkan semburat cahaya yang sedap di pandang mata. Namun tak jarang ia juga berubah keruh dengan mengaburkan segala macam isi keindahan kolam yang tadinya penuh dengan warna.
Aku ini semacam apa? Berpaling dengan mudah ketika terjebak dalam kebahagiaan yang kukira akan abadi selamanya. Padahal ia tak lebih dari pergantian duka yang belum terbuka.
Jika menatap langit, aku iri dengan formasi burung-burung yang terbang dengan kepak sayap lebarnya...
Menatap ke arah bumi aku tersentak kagum dengan rombongan semut yang penuh kesetiakawanan patuh dan rapi menuju tujuan dengan beban yang dipikulm rata.
Air memanggilku dan menunjukkan betapa penghuni setianya, para ikan berseliweran dalam diam, tanpa banyak kata-kata sia-sia yang harus mereka ucapkan.
Arti apa yang akan aku buka jika aku ini ada?
Ataukah maknanya akan ku kubur sendiri dalamkeputus asaan yang sama-sama sulit kumengerti??
Aku tak mengerti, dan masih belum mengerti
Karena ini pun, hanyalah sebuah refleksi tanpa kaki................
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar