Senin, 14 Januari 2008

Mata penamu : Don't be out of order!




Pernah dengar bait nasyid berikut ?

“Kami adalah mata pena yang tajam..
Yang siap menuliskan kebenaran…
Tanpa ragu ungkapkan keadilan…”

Hmm….terdengar idealis memang.

Berbicara masalah media, maka tak berlebihan jika saya membuka lembaran ini dengan sebuah lantunan bait diatas. Karena media berelasi sangat dekat dengan pena.
Bacaan. Tulisan.


Di sebuah pelatihan kehumasan mengenai teknik propaganda saya terperangah, ketika pemateri memberikan sebuah pencerahan baru. Tentunya kita sudah tahu, surat yang pertama di turunkan Allah kepada Baginda Muhammad adalah Surat Al-‘alaq, dengan ayat pembuka dimana Allah memberikan sebuah komando : ”Iqra’…..Bacalah..”. Berikutnya? Tahukan anda surat apa yang Allah turunkan setelah perintah membaca tadi ? Surat Al-Qalam. Menulis! Yup…betapa indah dan rapinya perintah tersebut.

Membacalah..kemudian menulislah! Ternyata dua aktivitas ini merupakan kunci ganda yang mampu memajukan sebuah peradaban! SubhanalLah….Pantas saja peradaban kita belum menyemburatkan sebuah cahaya yang benar-benar menerangi jagad raya. Peradaban Islam belum lagi menampakkan pesonanya dengan sebenar-benarnya “penampakan”, karena kita selaku umat Islam masih menomor sekiankan media! Padahal bisa jadi media merupakan sarana paling efektif (cepat terakses) dan efisien (murah) untuk kita jadikan samurai dakwah.
Berkaca dari sejarah,hanya dalam waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari sebuah komunitas jahiliyyah yang keji di semenanjung Arabia, mampu menjelma menjadi sebuah masyarakat yang mengusung peradaban manusia baru dibawah naungan Islam. Tentu saja perubahan akbar ini dimulai dengan perintah membaca (QS.Al-‘Alaq [95] : 1-5) tadi.


Sahabatku sekalian,
Ada baiknya kita juga menengok dan merenung sejenak kepada media barat. Tidak dapat dipungkiri, Barat dengan segala fasilitas dan kekuatannya, telah mampu menancapkan kuku-kuku kekuasaanya melalui media pers.
Mereka mampu mengglobalkan nilai-nilai dan institusinya ke seluruh pelosok-pelosok dunia. Jadi jangan heran jika gaung superioritas mereka menggema dimana-mana. Bahkan kekuatan bahasa—dalam hal ini bahasa Inggris—berhasil dilegalkan sebagai bahasa internasional. Bayangkan! Dari 3.000 bahasa yang ada di bumi Allah ini,
bahasa Inggris lah yang menjadi bahasa kehormatan untuk di jadikan bahasa dunia. Tanya kenapa! Apakah karena ia merupakan bahasa yang paling banyak di gunakan di dunia? Nope! Tidak juga. Seorang professor dari Universitas Onomichi, Hiroshima ; Toshiyuki Takagaki, melakukan serangkaian riset pada TESOL dan billingualistik di Jepang,
Amerika dan kanada dengan membuat daftar “The Top Ten Most Commonly Spoken Languages”.

Hasilnya? Bahasa Mandarinlah yang menempati urutan pertama sebagai bahasa yang paling banyak dipakai di dunia dengan jumlah 1 Milyar number of speaker. Sedangkan bahasa Inggris sendiri menempati urutan kedua,dengan number of speaker : 508 juta orang di susul dengan bahasa Hindustan 497 juta.

Lalu…Mengapa bahasa inggris menjadi bahasa dunia?
Padahal bukan merupakan bahasa yang paling banyak dipakai?

Jawabannya adalah,bukan karena ia sebagai bahasa yang lebih hebat secara linguistik dibanding bahasa-bahasa yang lain, akan tetapi karena : Kerajaan Inggris dan Amerika Serikat secara politik,militer dan ekonomi memiliki kekuatan yang sangat dahsyat selama 200 tahun terakhir di jagad ini! (Crystal :1997).

Dan mereka adalah dua negara adidaya yang menjadi native speaker dari bahasa Inggris.
Jadi dengan kekuatan-kekuatan itulah,Barat mampu memainkan perang tanpa peluru. Cukup bermain di media.Dunia digenggamnya.

Mungkin sebuah solusi walaupun hanya secara implisit dapat saya paparkan disini.Terinspirasi oleh tulisan seorang al-akh,staf HUMAS KAMMI daerah Purwokerto. Beliau mengajak kita semua, menghadirkan dan memasarkan dakwah secara lebih professional, cerdas dan modern!

Bayangkan..orang-orang di luar wilayah dakwah saja senatiasa melakukan inovasi-inovasi baru yang strategis dan canggih dalam pekerjaannya yang berorientasi dan bervisi keduniaan. Nah! bagaimana dengan ane dan antum,yang sudah faham akan makna ‘tijarah’/perniagaan yang kita semua yakini sebagai bisnis yang elit, prestisius dan profitable dengan Allah? Kenapa harus kalah canggih dengan mereka ?

Bahasa yang pernah ane pakai ketika DM2 kemarin adalah : “Jangan pernah lagi mau menjadi da’i-da’i tradisional…”.Buat sesuatu yang baru dan fenomenal..!
Sekali lagi,ada masanya kelak kita akan benar-benar harus memberikan perhatian penuh kepada media sebagai sarana dakwah. Bahkan kalo boleh usul, ayo kita sediakan budget yang layak untuk media! (Sayalah orang yang pertama kali akan bertakbir jika usul ini diterima!). Baik itu media sejenis Iqro’, Hamasah, Ruhul Jahid, atau dalam bentuk yang lain. Karena bukan tidak mungkin,keberadaan media-media ini nantinya tidak hanya sebagai konsumsi ‘kalangan sendiri’,tapi ke depannya mampu menjadi media yang strategis bermain di lini-lini di luar lingkungan internal KAMMI.
Mungkin, tulisan dari Hernowo, yang mengutip pernyataan heinrich Bowl berikut ini dapat memotivasi kita kembali untuk berkomitmen menjadi jundi yang mampu menjelma menjadi penggenggam mata pena dakwah :
“Di belakang tiap kata berdiri suatu dunia,tiap orang yang menggunakan kata harus menyadari bahwa ia menggoyang dunia..”
Sahabatku..


Revolusi-revolusi besar di dunia, senantiasa di mulai oleh jejak pena dari seorang penulis.

Revolusi Prancis bergerak di bawah cahaya pemikiran dan pandangan yang dirintiskan oleh J.J.Rousseu dan Montesquieu.Revolusi Rusia dan perjuangan kaum Komunis di seluruh dunia di pimpin oleh “Comunistisch Manifest” karya Marx dan Engels.Nazi jerman bergerak di bawah petunjuk buku mein Kampf buah tangan Hitler.Revolusi Tiongkok berpedoman kepada San Min Chu I karangan Sun Yat Sen.
Jadi…mungkin ngga yaa shohwah islamiyah ( kebangkitan islam ) hadir kembali menyemburatkan fajar yang menghangatkan kaum muslimin melalui media pena?
Jawabannya,
Kenapa tidak ?

Wallahu’alam bi showab…….

*Out of Order : Rusak/sudah tidak terpakai lagi.

Tidak ada komentar: