Rabu, 05 November 2008

Celengan

(Kisah ini terjadi pada tahun 2007 ketika masih disibukkan dengan kampus).

Alkisah, dua orang sahabat berinisial MM dan MG tengah dilanda euforia angkasa raya untuk memiliki sebuah celengan....(Dilatarbelakangi oleh cerita Weni kRiting kalo dia pernah punya celengan dan ternyata ketika di bongkar, hasilnya kayak harta rampasan...lumayan besar jumlahnya...Dan seru sewaktu menyaksikan gelindingan dan geletakan receh dan kertas sesaat setelah pembongkaran. Sensasi yang sempurna...**terutama bagi yang matre ma recehan...hi99x).

Jadilah malam itu aku dan sohib MG bertekad untuk memiliki sebuah celengan. Dengan semangat yang begitu menggelora, akhirnya dua orang anak ini ngebut keliling kota Pontianak di malam hari demi mencari sebuah celengan sebagai investasi idup dan untuk mencari "sensasi berbeda" sebagaimana yang diceritain Weni Kriting tadi.. Kalo gak salah after isya, en dosen lagi gak ada...Kita berdua menghambur ke parkiran kampus dan langsung menghilang.

"Beli yang kayak gimana seh..pa gak sebaiknya bikin sendiri aja pake kaleng susu!" usul Mega dengan wajah bahagia. Saat itu dia duduk di jok blakang.

"Ogah!! Kita beli yang dari plastik berbentuk kucing atau apa kek..yang lucu lah! Biar semangat masukin duitnya," tolakku kejam.

Kamipun konsentrasi menelusuri jalan ahmad yani dan berputar-putar sampai kawasan kota baru dengan pandangan yang awas dan fokus. Sesekali berhenti di tempat-tempat yang di rasa ada menjual celengan idaman.

Gila! Seingatku waktu itu mulai dari gift shop dan toko2 pinggir jalan kita berdua masuki. Tapi sussah banget ternyata nemu satu aja yang nyantol di hati. Ada seh yang bagus tapi mahal banget...pake kunci segala.

"Gak usah pake kunci....Kita ini orangnya plupa..tar kuncinya ilang malah repot," omelku, sambil melirik harga yang tertera, lalu dengan enteng mengembalikan kepada si penjaga toko. Barang itupun berpindah lagi ke si pemilik toko yang wajahnya berubah jadi asem-asem gak sedap (kayak nano-nano). Mega manut. Dia juga sungkan mengeluarkan uang seharga yang tertera, bagusan cari yang lebih murahan...Hehehehehehehehe. Akhirnya kami kabur dari gift shop tsb dan melanjutkan perjalanan.

Makan waktu yang cukup lama juga untuk mencari-cari celengan idaman. Udah cape, lelah, bosan. Mana udah malem lagi n harus segera balik ke kampus. Tapi entah mengapa, inilah salah satu sifat jelek kita berdua. Kalo udah ada maunya, harus dikabulkan sekarang juga! Ngga bisa engga! Kalo ngga kesampaian bisa stress.

Mega : "Harus ktemu malam ini! Kalo ngga gak bisa tidur...!"
Aku : " Iya...tar kita gak konsen belajarnya. Kan masi ada mata kuliah ketiga..."


Aha! Pucuk di cinta toko kelontong tiba. Sebuah toko kelontong menarik perhatian kami. Eureka!


Emang siy..waktu ngeliatnya agak-agak ngeri gitu. Soalnya di depannya berjejer para preman yang duduk-duduk sambil mengepul-ngepulkan asap rokoknya. Mana matanya liar n sangar lagi..Dengan segenap kewaspadaan dan langkah di gagah-gagahin en wajah di sangar-sangarin, kugandeng Mega untuk masuk ke toko kelontong harapan kami itu. Toko itu terkesan berantakan dan penuh. Dimana-mana barang-barang ditumpuk-tumpuk sehingga kesannya pengap dan rame. Ada ngga ya jual celengan?


Benar! Disana terdapat bermacam-macam bentuk celengan. Dari yang berbentuk sapi, rumah, kodok, pinguin dan ayam serta yang lainnya. Dengan gegap gempita kami menanyakan harga.

Wow! Finally, terjadilah kesepakatan harga dengan si pemilik toko.



Sebuah celengan ayam berwarna pink menjadi milikku. Dan sebuah celengan lumba-lumba berwarna biru, jatuh ke tangan Mega. Ekor lumba-lumba itu memanjang ke atas, dan hanya ada sedikit garis sebagai lubang untuk memasukan uang. Aku sempat protes..

"Ambil yang rumah aja, ato yang ayam. Ni lubang duitnya gak jelas tar susah masukinnya..."

"Gak ah..biarin aja niy bentuknya lebih bagus..." Mega tak peduli.

Yang jelas saat keluar toko, dengan dua plastik item kresek di tangan, kami berdua senang. Dan segera kembali ke kampus dengan prasaan lega.


Di dalam hati berikrar, akan rajin menabung di celengan dan gak akan "membiarkan" uang logam tergeletak sia-sia begitu saja. Walau hanya bernilai seratusan. Kami berjanji!!

************************************************************************************

Dua bulanan kemudian. Setting : Rumahku.

Papa : "De'....ni celengan napa dianggurin gini di atas tipi..."
Aku : "Biarin aja pa...taro aja disitu..."
Papa : "Isinya cuma segini???" (sambil ngegoncang celengan). Bunyinya cuma krecek-krecek gak meyakinkan.
Aku : "Iya....isi in lah"...(jawabku tak bergairah).

Nah akhirnya sodara-sodara. Hingga detik ini celengan tsb jadi milik Papa n Papa yang rajin mengisinya. Hilang sudah keinginan hebat dulu to punya celengan dan rajin mengisinya.

Bagaimana dengan Mega??

Suatu hari kutanya dia..

Aku : "Ga..gimana celengan lumba-lumbanya?"

Ternyata dia lebih parah dibanding aku.

Mega : "Lum ada isinya sama sekali...."

Hehehehehehehe......udah ampir setaun tuw celengan gak ada isinya sama sekali.....

4 komentar:

Zoehrie mengatakan...

mi...mi...(dengan nada seperti abdel dan temon, hehe)
Kire dah penoh celengan tuh, rupenye....
Huh!!!

Anonim mengatakan...

huahahahaha...parah lo mi...kaga niat gitu nabung teh.mending nabung yg langsung jadi investasi akhirat aja..infak ato sedekah gitu kali ya..hehehe

~AbiyasaFathim~ mengatakan...

hm.. dirumah juga ada tp yg beli istri..celengannya ayam warnanya ijo :)

Anonim mengatakan...

dasar lo mi...
ada2 aja...
ntu mah cuma memenuhi nafsu sesaat aja...