"Ku merindukan sebuah Concerto Angkasa Raya...dengan ribuan Malaikat bertasbih memuja nama-Nya. Inilah gaung Selebritis Syurga. Allah sebagai pusat orbitnya...."
Kamis, 21 Oktober 2010
Dera waktu. Dera nyawa
kemudian ia melaju kencang..
Gelap!
Sepotong tulang ini semakin memutih..
Bola mata mengembun..
Nanar merintih,
mengingat uban menjadi petaka sbg simbol senjanya diri. . .
Andai kereta mentari bisa ditarik ulur, wahai pencipta..
Izinkan kami merangkak dalam harap. . .
Kembalilah sayap waktu, jangan terkepak menjauh dan mematikan hasrat ...
Kini siapa yang bodoh?
Siapa yang lalai?
Siapa yg merugi?
Siapa yang dibunuh zaman?
Kasihannya engkau wahai diri..
Pundi-pundi waktu tak layak berceceran disini..
Ia selamat ditangan si bijak berilmu...
Ia hidup di hati manusia-manusia pedzikir..
Yang membariskan waktu dalam hitungan..
Saat sejuta didera waktu, didera nyawa.. Kuharap aku bisa menjadi salah satu.. Dari si bijak berilmu itu
"Seonggok" ibu tua tergeletak di atas pick up
Untuk seharusnya,aku nyaris bosan dengan bingar yang tertebar. Sebagaimana bosannya debu jalanan yang menempel di aspal jl.Hasanuddin Pontianak ; mereka menempel , entah di jalan, ban2 kendaraan, ataukah kadang terbang ditiup angin. Tak ada yg begitu peduli, selain sang pengatur jagad raya beserta bala tentaranya.
Tapi ternyata engganku terhadap cuaca panas dan suasana sesak, musnah lebur. Sesaat, ketika terhitung 1 scene dalam timing sekitar 20 detik, melintas lewat. Menyapu ekor mataku.. Apa yang terlihat??
Jelas menyala, di mobil bak terbuka tanpa payung, tenda atau apapun -untuk menghalau terik matahari khatulistiwa-, , 4 sosok manusia terlihat disana. 2 anak kecil yang merapat bersandar degan wajah pias. Dan tak kalah pias, seorang bapak,tampak memangku kepala seorang ibu tua yg tampak tengah sakratul maut..disana!! Di mobil pick up tak ber-peneduh itu. Mulut ibu itu menganga, bernafas sepetak-sepetak. Seolah ingin segera mati saja. Sementara bapak yg kuperkirakan sebagai anaknya, terus memegangi kepala ibu tua tsb, dan mendekap tubuhnya dgn galau yg nyata. Otak ku berputar. Mataku bergantian melihat 4 sosok diatas pick up itu.
"mau di bwa ke Rumah Sakit mana?? Sakit apa?? Bpk bwa uang,tidak?? RS mana yg meng-gratiskan pengobatan buat org miskin??". Hatiku hancur. Semoga tadi hanyalah pertanyaan2 bodoh orang yg apatis saja. Semoga!
Tak dpt kubayangkan..mungkin saja sebelum ini, keluarga mereka begitu kesulitan mendapatkan tumpangan untuk membawa sang nenek ke Rumah Sakit. Mungkin keluarga ini harus mengiba, atau merogoh sedikit rupiah yg ia punya?? Akh. Smg tidak!!
Dipenghujung malam ini, aku ingin mengucpkan. Dimanapun bapak dan nenek itu berada sekarang. Semoga Allah yang Maha Pemurah. Melapangkan urusan kalian sekeluarga. Dilimpahi rezeki yg tak terduga, dan kesehatan untuk semuanya...cepat sembuh, nek ... :,-)
*O1.29 pagi. 8 september 2010-mimi chatz-
Rabu, 20 Oktober 2010
Siapa sih yang tak butuh Tuhan?
::Kita adalah salah satu dari spesies yg berdiam di nenek moyang yg kita sebut bumi.. Selama kita masih menjunjung tinggi nilai-nilai moral, memiliki keyakinan (mgkn mksudnya agama),maka kita mampu untuk terus bertahan hidup::
kira-kira begitulah pesan yang muncul di layar,dari sebuah film yg ditayangkan di Global Tv waktu sahur tadi (karena telat nontonnya,aku ngga tau judulnya).
Secara garis besar, film tsb menceritakan tentang kekacauan dan kegemparan Rakyat Amerika akan gempa (aku g tw crita awalnya, soalnya ntn di pertengahan). Presiden dan segenap jajaran2 orang2 tercerdas pemerintahan mengerahkan kekuatan terbaiknya untuk menyelamatkan Rakyatnya.
Kucermati. Pesan moral yg membekas bagiku dari film tsb ckup banyak. Adegan Dr.Nolan, yg mengorbankan dirinya demi meledakkan sebuah misil, cukup menyentuh. Misil yg seharusnya berada sekian meter di bawah permukaan tanah, dikisahkan gagal krna s4 tjd gempa sebelum ia benar2 berada di permukaan bumi yg tepat. Akibatnya, akan menggagalkan proses penyelamatan rakyat. Dr.Nolan, mengambil inisiatif untuk meledakkan misil secara manual krna kabel yg terputus. Yg menarik bagiku, pada saat ia sudah mengorbankan dirinya di curam kematian demi rakyatnya. Malang, sebuah gempa susulan membuatnya terjebak,ditindih oleh misil shnga ia gagal menekan tombol peledak. Aku berpikir. Luar biasa. Gagal menjalankan misi, padahal sudah berkorban nyawa sendiri? Kalau gagal, berarti sia-sia usahanya? Toh mati juga.. Nah. Betapa besar peran keikhlasan disini. Bayangkan, kau dalam beberapa menit akan mati, padahal tadinya berniat menyelamatkan banyak orang; Engkau mati dlm kegagalan. Hah! Masya Allah. Ikhlas. Bkn krna ingin dipuji. Tp karenaNya saja. Bukankah Allah melihat niat dan proses?bukan hasil?
Adegan lain yg bagus sekali pd film tadi adalah, scene pada saat California di hantam gempa 10 S.R. Air dengan gelombang besar mengejar manusia-manusia yg tadinya dievakuasi.ALLAHU AKBAR. Teringat gambaran Al-quran tentang kiamat,dimana bahkan bayi yg tengah menyusu ke ibunya,sampai terlepas! Entah tentu kiamat nanti akan jauh lbh dahsyat kegoncangannya. Nah. Pada adegan ini, beberapa tokoh yg tadinya pernah mengumpat peristiwa dgn mengatakan "shit" atau sial, tatkala maut di hadapan nya, terlontarlah di mulut mereka, "oh my God", Ya Tuhan. Bahkan mr.President yg awalnya tegas, tegar dalam mengomandoi staf-staf gdung putihnya, saat menyaksikan sbgn Rakyatnya lenyap dr permukaan bumi, terpekur lemah,pasrah seraya berucap, "GOD, help us. . .". TUHAN, tolong kami. . .
Lantas? Ah. Terpekur hati ini. Masih banyak diantara kita yang terang2an menentang alam dan penciptaNya. Padahal, dalam waktu 1 detik, Allah bisa menghancurkan kita dan alam raya.. :Sejenak diri saya bergidik:
siapa yg tak butuh Tuhan? Saya ulang lg, siapa yg selama ini bertingkah seakan tak butuh TUHAN? YA Allah, mg bukan saya. Banyak diantara kita yang trkdg dgn ringan nya, memperolok-olok Syurga, Neraka, bencana, azab, agama. Na'udzubilLah. Padahal siapa kita? Kita tidak se super power fir'aun dan Namrud, atau se kaya Qarun. Bhkan mereka hidup di era Nabi2 yg nyata kesholehannya. Bygkan,teman! Untuk Mereka saja, mudah bg Allah untk mengazabnya! Apatah lg KITA? Smoga kita tergolong hamba-hamba yg waspada. Waspada thd dosa dan khilaf. Sebuah teguran untuk saya pribadi. Di penghujung Ramadhan. 27 Ramadhan 1431 H. Maaf lahir batin . . . (mimi chatz)