Minggu, 09 Maret 2008

Tersadar di tepian


Sahabat adalah sebuah pelabuhan tempat aku beristirahat ketika lelah berlayar. Oh..tidak. tak cukup lengkap itu. Dia juga adalah lautan yng turut serta memberikan penjagaan akan pelayaranku. Dia menemani dan senantiasa memberikan rambu dan tanda ada apakah di depan sana.

Sahabatku juga adalah lumba-lumbaku. Ia berenang kemudian melompat tuk menyeruakkan rasa kag
um, bahagia dan juga kehangatan bak sinar matahari yang lembutnya menyentuh pori-pori.Kadang ia menyanyi dengan suara emasnya, yang tak jarang kutangkapi sebagai nyanyian syurga pelepas penat.

Dengan demikian, berlayarlah aku dengan penuh kedamaian......

Beberapa hari yang lalu kurasakan kepedihan yang amat sangat. Aku tak dihargai oleh orang-orang dekatku..(setidaknya inilah perasaan egois yang muncul masa itu). Aku berlari menghempaskan tubuhku dengan dada sesak. Seakan sebuah mangkok bundar besar sedang terjatuh dan menelungkupiku bulat-bulat. Aku seakan berada dalam gelap yang temaram.

Air mata bertitik-titik berjatuhan menambah suasana sepi perasaan. Serasa aku sudah melaksanakan semuanya dengan sempurna. Dan dengan kedalaman cinta pula. Tapi mengapakah kerap didera dengan ketidaksenangan akan hasil yang tlah diikhtiarkan?

Dalam penat, benci dan betikan syak wasyangka dimana syetan senantiasa memanfaatkannya tuk berpesta pora..Aku teringat lautanku. Aku teringat lumba-lumbaku. Kuraih handphoneku dan kutatap nama-nama kontak yang tertera di layar itu. Siapakah sesungguhnya lautan dan lumba-lumbaku itu? Sahabat yang tertoreh dalam relung sanubariku?

Diantara sekian banyak nama, kutemukan dua nama yang hinggap bak kupu-kupu padang yang hilir mudik memenuhi hatiku. Kusapa dengan senyum, sebait sms ku ketik dengan pelan.
"Terima kasih, sahabat. Telah bersedia mengerti dan menyayangiku...."

Kini kubisa kembali berlayar mengarungi hidup. Terima kasih ya Rabb..kau masih menemaniku, bersama dengan sahabat-sahabat yang tak pernah meninggalkanku...


"Dengan demikian..berlayarlah aku dengan penuh kedamaian....."



2 komentar:

zoelbathosai mengatakan...

Kita masih sanggup untuk menahan lapar, menahan nafsu dari harta, menahan diri dari hak, tapi terkadang kita tidak bisa menahan diri dari jabatan, popularitas, keinginan untuk merasa dihargai. Apa salahnya jika kita merasa tidak dihargai manusia, hadapi saja dengan keceriaan.

mouzlim mengatakan...

mimi!!how r u girls??