(PEMANFAATAN TEKNOLOGI DALAM MENDUKUNG DUNIA PENDIDIKAN GUNA MENGHADAPI TANTANGAN PADA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 )
Ditulis oleh : Harmi Cahyani,
S.Pd
“Teknologi bukanlah apa-apa. Hal yang penting adalah kamu memiliki keyakinan terhadap orang lain, dimana mereka pada dasarnya baik dan pintar. Dan jika kamu memberikan mereka peralatan, mereka akan melakukan hal yang menakjubkan dengan alat-alat itu” (Steve Jobs)
***
“I think one day Artificial Intelligence is going to
kill us”
“Kupikir suatu hari nanti Kecerdasan Buatan akan
membunuh kita”,
Begitulah kira-kira ucapan Ratu Ramonda Sang penguasa
Wakanda, kepada putrinya Shuri (yang dikonfirmasi merupakan sosok yang jenius,
bahkan kecerdasannya melebihi Tony Stark maupun Bruce Banner). Saat itu Shuri
tengah asyik bereksperimen di Lab-nya ditemani Griot, Sebuah sistem
Kecerdasan Buatan yang ia buat.
Ini adalah sebuah cuplikan salah satu scene pada
film Wakanda Forever yang saya tonton kemarin. Sebuah film yang menyuguhkan
negeri fiksonal berteknologi tinggi dan makmur di Afrika Selatan.
Apa yang diucapkan sang Ratu cukup menarik. Sebuah pertanyaan besar muncul di benak. Mampukah kita menyiapkan generasi-generasi masa depan yang mampu mengendalikan teknologi dengan bijak dan tepat guna? Menjadikan mereka sebagai tangan-tangan yang tepat untuk memainkan senjata teknologi ini untuk umat manusia? Sebagaimana kutipan yang saya ambil dari Steve Job di atas. Teknologi bukanlah yang terpenting. Yang terpenting adalah bahwa kita sudah yakin bahwa orang-orang yang menggunakannya nanti adalah orang-orang yang baik.
DIGITAL : KAGET DI AWAL
Era Pendidikan saat ini berbentuk Pendidikan 4.0
dimana kegiatan pembelajaran berlangsung dengan pendekatan berbasis digital.
Tidak lagi monoton namun menjadi lebih asyik dan menarik dengan bantuan akses
teknologi.
Yanuar Nugroho, seorang akademisi sekaligus birokrat
menitikberatkan bahwa Sistem Pendidikan
harus mendorong Sumber Daya Manusia yang sejak dini terlibat dalam era digital.
Mengenalkan teknologi sejak dini dalam artian mereka dikenalkan dengan keterampilan
digital dasar.
Kemampuan Pengetahuan dan Keterampilan yang harus
dimiliki oleh generasi ini dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 antara lain:
Leadership skill (kepemimpinan), Communicative skill (kemampuan bernegosiasi),
Critical thinking (berpikir kritis)
Semua dimulai
terasa begitu masif saat pembelajaran jarak jauh menjadi solusi di saat dunia
dilanda Pandemi Covid 19 di awal tahun 2020. Guru-guru kaget? Tentu saja.
Karena pada saat itu akhirnya mau tak mau dan suka tidak suka mereka harus
beradaptasi dengan memanfaatkan teknologi yang tidak sepenuhnya mereka mahir
sebelumnya. Salah satu solusi masa itu adalah pembelajaran dapat terpantau dan
di transfer melalui rangkaian teknologi.
Saya sendiri berprofesi sebagai guru Apakah sebagai
guru saya cukup mumpuni dalam menguasai teknologi dalam pembelajaran? Tentu
saja tidak. Kami lebih banyak berkutat pada proses pembelajaran klasikal di
dalam kelas. Lantas bagaimana guru-guru seperti saya ini bisa menjadi pendidik
yang menguasai teknologi yang manfaat dalam mendukung dunia Pendidikan guna
menghadapi tantangan pada era Revolusi Industri 4.0?
Menurut
saya dengan banyak belajar dari komunitas teknologi itu sendiri. Belajar dari
banyak sumber. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga mampu
menerapkan teknologi secara tepat guna dalam proses pembelajaran.
TONGUE TWISTER DAN FACEBOOK
Gaya belajar siswa mulai dirombak karena
hadirnya teknologi di dalam dunia Pendidikan. Misalnya saja saat dunia dihantam
Pandemi Covid 19 kemarin. Teknologi sangat berperan dengan sangat mengejutkan
untuk dunia Pendidikan. Hadir beragam platform
untuk memungkinkan pembelajaran jarak jauh. Zoom meeting, google meet,
Google classroom, dan platform lain mulai dilirik dan dipelajari sehingga
proses belajar di dunia Pendidikan tetap berlangsung.
Masa
itu, berdasarkan pengalaman pribadi saya, saya mulai mencoba untuk memanfaatkan
sosial media sebagai salah satu alat dalam pembelajaran. Jika masa itu sosial
media semacam Facebook saya gunakan hanya untuk kepentingan pribadi, saat Covid
melanda saya jadikan juga sebagai alat pembelajaran.
Salah satu tugas yang juga saya coba terapkan selama
pembelajaran jarak jauh kemarin adalah memberikan tugas produk berupa video.
Guru membagikan sebuah video Tongue Twister. Anak-anak diminta
merekam diri mereka dengan menyebutkan kembali Tongue Twister yang diberikan, tanpa melihat teks dan dengan
pelafalan yang cepat dan tepat. Nantinya hasil video mereka akan diunggah ke
facebook.
Apa sih Tongue
Twister itu?
Tongue
Twister atau Pembelit
Lidah adalah urutan kata-kata spesifik yang harus diucapkan cepat dan sulit diulang bahkan oleh penutur asli. Berikut adalah kalimat
Tongue Twsiter yang saya tugaskan kepada anak-anak kelas IX saat itu :
THE
BIG BLACK BUG
BIT
THE BIG BLACK BEAR,
BUT
THE BIG BLACK BEAR
BIT
THE BIG BLACK BUG BACK!
Bagaimana? Cukup sulit bukan, jika harus
mengucapkannya dengan cepat dan tepat dan di hadapan kamera pula? Tugas ini
mendapat reaksi beragam dari anak-anak. Ada yang berseru senang karena merasa
tertantang untuk menjadi pemenang Tongue
Twister Challenge ini. Tapi tak sedikit pula yang mengeluh kesulitan dan
meratapi nasib mereka yang harus mengumpulkan video tersebut ke dalam bentuk
rekaman.
Dan tak disangka ternyata sebagian hasil anak-anak ini
cukup bagus dan di luar perkiraan saya, Bahkan mereka mengumpulkan video dengan
bentuk yang menarik. Ada opening, backsound dan animasi. Ternyata
anak-anak punya kemampuan diluar dugaan kami para guru. Saya bersemangat sekali
saat mengupload video mereka ke
Facebook. Beragam komentar diberikan oleh para netizen. Sungguh feedback yang menyenangkan.
TIK TOK : MEMBIUS GENERASI Z
Generasi yang akan
mendominasi populasi manusia pada era Revolusi Industri 4.0 kebanyakan mereka
yang lahir di tahun 1995-sekarang. Salah satu generasi yang lahir pada era ini
adalah Generasi Z. Generasi Z
ini sendiri dituntut untuk dapat memiliki soft skills yang bagus,
seperti kreativitas, imaginasi, intuisi, emosi dan etik.
Di
tahun 2021 saya megikuti BIMTEK penggunaan Tik Tok untuk pembelajaran bagi Guru
Bahasa Inggris. Sungguh hal yang menarik karena selama ini kita pahami Tik Tok
hanya digunakan muda-mudi untuk berjoget di dunia maya. Saya sendiri sangat
menyukai aplikasi ini karena didalamnya banyak konten berfaedah yang bisa kita
temukan.
Dan
ternyata membawa aplikasi ini ke pembelajaran menjadi tantangan tersendiri bagi
para guru. Apalagi banyak yang belum mengenal bahkan menggunakan aplikasi ini.
Disinilah tantangan para guru dalam menaklukkan teknologi informasi yang melaju
kencang: pelajari, coba, kemudian terapkan! Walau tertatih.. Pada Bimtek ini
kami diberikan 84 jam dengan 5 modul. Beberapa diantaranya adalah : Introduction Tik Tok for ELT, Designing Tik
Tok Instructional Materials, Developing Tik Tok Instructional Materials,
Developing Tik Tok Videos for ELT.
Goal dari Bimtek ini adalah menghasilkan video pembelajaran berbahasa Inggris
menggunakan aplikasi Tik tok. Dan saya memilih memanfaatkan fitur duet pada Tik Tok sebagai praktik berbahasa Inggris untuk anak-anak. Disaat
anak-anak mengaktifkan fitur ini, mereka diminta untuk menduetkan lagu ataupun
dialog pada video yang sudah saya siapkan.
Untuk
duet dialog, tidak banyak kendala. Mereka cukup menduetkan video guru dengan
menjawab setiap pertanyaan, dan kalimat sudah tersedia di video. Tinggal baca
saja. Namun untuk duet menyanyikan lagu berbahasa Inggris, banyak kejadian lucu
disana. Hasil dari video duet mereka sangat menarik. Mulai dari suara yang
fals, wajah terpaksa, sampai yang benar-benar bagus dalam warna suara,
pelafalan dan pembawaan di depan kamera.
Saya
ingat sekali lagu COUNT ON ME dari
Bruno Mars lah yang saya pilih untuk di duetkan. Seperti dugaan saya, siswa
siswi saya yang notabene merupakan Generasi Z, sangat akrab dengan aplikasi Tik
Tok ini. Tiap hasil video duet yang mereka kumpulkan, tergolong baik dan rapi.
Saya sangat berharap Tik Tok bisa menjadi salah satu
alternatif untuk mengatasi gap (jurang)
yang terjadi antara guru dengan peserta didik. Mereka tetap merasakan nuansa
hiburan dalam proses pembelajaran.
Manfaat lain aplikasi ini juga menjadikan siswa siswi
saya menjadi lebih aktif dan kreatif. Hal ini dapat saya lihat dari interaksi
mereka melalui chat pribadi ke gurunya. Mereka meminta masukan dan panduan atas
tugas yang diberikan, Video yang disuguhkan juga cukup baik kualitasnya. Selain
itu, saya sebagai guru juga bisa merasakan di beberapa siswa yang pemalu,
menjadi meningkat kepercayaan dirinya dengan berani tampil di video dengan
sebaik-baiknya.
KOLABORASI PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI
Besar harapan kami dari kaum guru kepada para ahli
teknologi untuk dapat berbagi ilmu agar kami dapat meracik dengan tepat guna
teknologi yang semakin berkembang ini dengan kegiatan pembelajaran yang kami
lakukan.
Bagaimanapun juga sektor pendidikan merupakan faktor terpenting dalam pembangunan berkelanjutan. Universitas Tanjungpura (UNTAN) yang telah membangun Ekosistem Digital dalam pengembangan dan pemanfaatan Teknologi Informasi di Era Revolusi Industri 4.0 dan nantinya membangun Cyber University, diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Pendidikan tingkat dasar dan menengah, sehingga para guru mampu mengaktualisasikan diri mereka sebagai role model bagi peserta didik dalam memanfaatkan teknologi secara bijak dan tepat guna serta mempersiapkan mereka untuk menghadapai tantangan Revolusi Industri 4.0.